Selasa, 17 November 2009

KONSEP RUBRIKASI

Nama Media : London Beauty Center
Segmentasi : Member (Remaja dan Orang dewasa)
Kisaran Usia : 19 s/d 40 tahun
Oplah : 100 Exemplar
Format : Majalah ( 22 cm x 30 cm )
Intensitas Terbit : 3 bulan sekali
Jumlah : 20 Halaman


Hal Nama Rubrik Deskripsi Keterangan
1 Cover Visual mempresentasika isu utama
2 Halaman Iklan Halaman iklan majalah corporate
4 Terazo Berisi tentang catatan media biasnya diisi dengan salam pembuka redaksi kepada pembaca
5 KlinikOnsultasi Tanya jawab dan konsultasi kecantikan
6 Re-member Meliput aktivitas apa saja yang dilakukan oleh member
7 Elegan Berisi profil dari pengelola ataupun member Berisi profil pemenang putri LBC
8 Show Up Berisi produk-produk yang dihasilkan dan dijual di masyarakat.
9 Head Line Tema-tema aktual dan eksklusif
10 Artikel Di isi oleh pakar-pakar kecantikan
11 Beautips Berisi tentang tips-tips kecantikan

STUDY KOMUNIKASI GENDER

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan tekonologi yang begitu pesat, dunia komunikasi terutama komunikasi massa sangat berkembang begitu cepat. membahas komunikasi massa dan pengertian media televisi secara luas,jenis-jenis media , fungsi media televisi, serta pengaruh media televisi terhadap massa. Bidang komunikasi massa dipelajari lebih dari sudut pandang konsumen daripada dari sudut pandang pengirim pesan atau sumber. Penekanannya disini adalah pada pemahaman peran media dalam masyarakat modern. Bagaimana media mempengaruhi kita dan bagaimana kita mempengarui media serta bagaimana kita dapat meningkatkan kreatifitas dan ketrampilan kita sebagai pengguna media yang semakin lama semakin berkembang pesat. Media, tentu saja, bukanlah realitas. Namun demikian, media membantu menciptakan realitas pribadi bagi banyak orang dan mempengaruhi realitas dari seseorang. Kita harus mengetahui ini terjadi jika kita ingin menguasai media dan bukan dikuasai oleh media.
Sedikit pengertian dari media massa adalah penyampaian pesan dari sedikit pengirim ( komunikator ) kepada sejumlah penerima ( komunikan ) yang bersifat tidak terbatas dan bersifat heterogen. Pihak penrima pesan dari media massa disebut khalayak, televisi adalah salah satu media massa yang memiliki fungsi komunikasi massa yaitu fungsi mendidik ( to educate ), memberikan informasi ( to inform ), menghibur ( to entertain ), dan juga termasuk fungsi mempengaruhi ( to persuade ) ( Karlinah, Soemirat dan Komala, 1999 ).
Membahas komunikasi massa dan pengertian media televisi secara luas,jenis-jenis media , fungsi media televisi, serta pengaruh media televise terhadap massa. Kita membahas teori-teori utama komunikasa masa dan berusaha menjelaskan bagaimana berbagai teori ini menerangkan pengaruh media televisi terhadap komunikasa massa atau perorangan serta menyebar luaskan pesan-pesan media masa kepada masyarkat luas. Bidang komunikasi massa dipelajari lebih dari sudut pandang konsumen ketimbang dari sudut pandang pengirim pesan atau sumber. Penekanannya disini adalah pada pemahaman peran media dalam masyarakat modern. Bagaimana media mempengaruhi kita (dan bagaimana kita mempengarui media) serta bagaimana kita dapat meningkatkan kreatifitas dan ketrampilan kita sebagai pengguna media yang semakin lama semakin berkembang pesat. Media, tentu saja, bukanlah realitas. Namun demikian, media membantu menciptakan realitas pribadi bagi banyak orang dan mempengaruhi realitas dari seseorang. Kita harus mengetahui ini terjadi jika kita ingin menguasai media dan bukan dikuasai oleh media
Perkembangan dunia hiburan saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini berjalan dengan seiring berkembangnya dunia pertelevisisan sebagai media pesan. Televisi hadir dengan sifatnya yang audio-visual dan kinematografik ( pandang dengar dan gambar bergerak ). Televisi sangat berpengaruh didalam kehidupan masyarakat kontemporer. Apalagi seiring berkembangnya waktu acara televisi sangat beragam saat ini, mulai dari sinetron, fiilm Indonesia, Reality Show, berita entertain, berita politik, dll. Sangat banyak dan sangat beragam, sehingga komunikan bisa leluasa dan bebas memilih tayangan yang akan dipilih untuk dijadikan konsumsis, akan tetapi juga harus dengan sesuai batasan umur.
Media sendiri adalah suatu alat untuk menyampaikan informasi komunikasi secara aktif maupun pasif. Sedangkan Televisi berasal dari dua kata yaitu( tele ) yang artinya jauh dan (visi) artinya pandangan, yang bermakna pandangan jarak jauh. Namun arti secara global adalah sebuah alat media informasi audio visual satu arah.( dalam Google )
Media yang paling popular dan tersebar (di Amerika dan mungkin juga di Indonesia), masyarakat yang tidak menikmati televisi telah semakin berkurang. Di Amerika Serikat pesawat televisi rata-rata disetel sekitar tujuh jam sehari. Ini berarti lebih dari 2500 jam per tahun , atau 106 hari per tahun. Dalam seminggu ini berarti 47 jam, lebih dari waktu yang digunakan orang untuk bekerja atau tudur. Walaupun kita dapat berbeda pendapat mengenai apakah ini baik atau buruk, kita pasti berpendapat kehidupan orang amerika tanpa televisi pasti akan sama sekali berbeda dari yang ada sekarang. Selama 10 atau 15 tahun yang lalu televisi telah berubah drastis. Selama 10 atau 15 tahun yang akan datang perubahannya mungkin akan jauh lebih besar lagi. TV kabel (di amerika), pada mulanya dirancang untuk memperbaiki penerimaan siaran, sekarang ia telah menjadi program khusus yang di nikmati lebih dari 50 juta ruma.
Terlebih dahulu peneliti akan menerangkan tentang feminism liberal dan beberapa pengertian dari feminism liberal. Apa yang disebut sebagai Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkab wanita pada posisi sub-ordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme. Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada pria.
Kita membahas teori-teori utama komunikasi massa dan berusaha menjelaskan bagaimana berbagai teori ini menerangkan dan menganalisa sebuah tayangan televisi dengan menggunakan pendekatan beberapa feminis yang dipilih. Dalam dunia komunikasi juga mempelajari tentang Studi Komunikasi Gender, ada beberapa bidang dalam studi komunikasi gender yang salah satunya yang akan saya analisa atas fenomena dalam komunikasi massa yaitu: Televisi.
Seiring dengan kemajuan tayangan televisi dan bermunculan beragam tayangan yang menraik, disini saya akan mencoba menganalisa tentang sitkom “ Suami-suami takut Istri” yang ditayangkan di Trans Tv dengan menggunakan pendekatan feminisme Liberal.Secara garis besar feminis liberal ini lebih memberikan kebebasan dan hak kepada setiap wanita, yang pada intinya status, fungsi, dan peran antara laki-laki dan perempuan itu sama. Pendapat lain tentang feminisme liberal adalah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebsan penuh dan individual. Tokoh Aliran ini adalah Naomi Wolf sebagai “feminisme kekuatan” yang merupakan solusi.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarakan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti membatasi permasalahan karena adanya keterbatasan, baik tenaga, dana dan waktu, dan supaya hasil penelitian lebih terfokus penliti membatasi masalah dengan fokus penelitian antara lain:
1. Analisa sitkom “ Suami-Suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
2. Persamaan, pertentangan dan perbedaan yang terdapat dan yang ada dalam analisa dengan menggunakan feminisme liberal ini
1.3 Rumusan Masalah
Dari masalah tersebut, secara khusus ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah deskripsi analisa sitkom “ Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme Liberal?
2. Apa saja persamaan dalam analisa sitkom ini dengan menggunakan feminisme liberal?
1.4 Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah:
• secara umum penelitian ini untuk menganalisa tayangan sitkom “ Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
B. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan analisa tayangan sitkom “ Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
2. Untuk meneliti apa saja persamaan dengan teory Wollstonecraft dalam analisa sitkom ini dengan menggunakan feminisme liberal.
1.5 Manfaat Penelitian / signifikasi penelitian
Setiap penelitian diharapkan memberikan dan memiliki manfaat. Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis. Adapun manfaat dari penelitian inmi yaitu:
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk memberikan ilmu dan dapat membantu pembaca untuk mempermudah memahami tentang analisa tayangan televisi dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
b. Secara praktis peneltian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengetahuan tentang analisa menggunakan feminisme liberal.
1.6 Sumber Data
Untuk tujuan ini, saya mengambil data dari tayangan televisi: sitkom “suami-suami takut istri” yang ditayangkan di Trans TV setiap hari Senin-Jum’at pukul 18.00 WIB – 19.00 WIB. Saya meneliti sitkom ini yang di sutradarai oleh Sofyan D’ Surza..




BAB II
KERANGKA TEORI

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran dari teori-teori yang ada di feminis thought, khususnya feminism liberal, disini peneliti menggunakan teori dari Wollstonecraft, kerangka teori ini mempunyai pengaruh yang besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki tendensi-tendensi pemikiran tentang wanita dan persamaan antara laki-laki dan perempuan, bahwa mereka adalah dua orang manusia yang berbeda jenis kelamin akan tetapi sama derajatnya, itu menurut teory dari Wollstonecraft. Teory tersebut juga mempunyai asumsi kuat untuk menganalisis penelitian ini. Tujuan dari feminisme Liberal ini antara lain untuk menciptakan masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang, hanya di dalam masyarakat seperti itu, perempuan dan juga laki-laki dapat mengembangkan diri.
► Teory Wollstonecraft
Nama lengkapnya adalah Mary Wollstonecraft, dia seorang penulis, dan menulis pada waktu posisi social dan ekonomi perempuan di Eropa sedang menurun ( 1759 – 1799 ). Hingga abad ke-18, pekerjaan produktif ( pekerjaan yang menghasilkan pendapatan untuk menghidupi sebuah keluarga ) telah dilakukan di dan sekitar rumah, baik perempuan maupun laki-laki.
Dalam teorinya Wollstonecraft perempuan kelas menengah adalah perempuan “peliharaan” yang telah mengorbankan kesehatan, kebebasan, dan moralitasnya untuk prestise, kenikmatan, dan kekuasaan yang disediakan suaminya. Karena perempuan kelas menengah ini tidak diizinkan untuk berolahraga diluar rumah, karena kawatir hal itu akan menggelapkan kulitnya yang putih, menjadikan mereka tidak sehat. Karena mereka tidak dibiarkan untuk mengambil keputusan sendiri, mereka tidak mempunyai kebebasan. Dan karena mereka dihambat untuk mengembangkan kemampuan nalarnya dengan alasan hal yang terbaik yang dapat dilakukan adalah memanjakan diri dan menyenangkan orang lain, terutama laki-laki dan anak-anak mereka yang tidak mempunyai moralitas. Wollstonecraft menyangkal bahwa perempuan secara alamiah lebih cenderung untuk bersifat sebagai pemburu dan pemberi kenikmatan, jadi atas dasarnya perempuan sederajat dengan laki-laki. Pendapat Wollstone yang lain juga menyebutkan bahwa perempuan yang ideal tidak begitu tertarik untuk memenuhi keinginan dirinya jika pemenuhan diri itu, berarti setiap pemuasan diri atas hasrat yang mengalihkan perhatiannya atas tugas-tugasnya dan ia lebih tertarik kepada usaha pengendalian diri. Yang diinginkan Wollstonecraft bagi perempuan adalah Personhood manusia secara utuh, perempuan bukanlah “ mainan laki-laki, atau lonceng milik laki-laki” yang harus berbunyi pada telinganya, tanpa mengindahkan nalar, setiap kali ia ingin dihibur.
► Akar Feminis Liberal Abad ke-18 dan ke-19
Mengamati bahwa pemikiran politis liberal mempunyai konsepsi atas sifat manusia, yang menempatkan keunikan kita sebagai manusia dalam kapasitas kita untuk bernalar. Keyakinan bahwa nalar membedakan kita dari makhluk lain, tidak memberikan informasi apa-apa, karena itu kaum liberal mencoba untuk mendefinisi nalar dalam berbagai cara, dan menekankan aspek aspek moral atau aspek prudensial. Menurut kaum liberal, “hak” harus diberikan sebagai prioritas di atas “kebaikan”. Kondisi bahwa hak lebih merupakan prioritas daripada kebaikan, memperumit konstruksi masyarakat yang adil. Karena jika hal itu benar seperti klaim kebanyakan kaum liberal bahwa sumber daya adalah terbatas dan setiap individu, bahkan ketika dibatasi oleh altruism.
Bagi kaum liberal klasik, negara yang ideal harus melindungi kebebasan sipil dan alih-alih melakukan campur tangan dengan pasar bebas, negara malah memberikan semua individu kesempatan yang setara, untuk menentukan akumulasinya sendiri di dalam pasar tersebut.
Tujuan umum dari feminism liberal adalah untuk menciptakan “masayarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang”. Hanya di dalam masyarakat seperti itu, perempuan dan juga laki-laki dapat mengembangkan diri.



►Sejarah Perkembangan Feminisme
Gelombang pertama
Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam sejarah kelahirannya dengan kelahiran era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada tahun 1785. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara-negara penjajah Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.
Kata feminisme dikreasikan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Pergerakan center Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, the Subjection of Women (1869). Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme Gelombang Pertama.
Pada awalnya gerakan ini memang diperlukan pada masa itu, dimana ada masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Sejarah dunia menunjukkan bahwa secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) khususnya dalam masyarakat yang patriarki sifatnya. Dalam bidang-bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan lebih-lebih politik hak-hak kaum ini biasanya memang lebih inferior ketimbang apa yang dapat dinikmati oleh laki-laki, apalagi masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris cenderung menempatkan kaum laki-laki di depan, di luar rumah dan kaum perempuan di rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Perancis di abad ke-XVIII yang gemanya kemudian melanda Amerika Serikat dan ke seluruh dunia.
Suasana demikian diperparah dengan adanya fundamentalisme agama yang cenderung melakukan opresi terhadap kaum perempuan. Di lingkungan agama Kristen pun ada praktek-praktek dan kotbah-kotbah yang menunjang situasi demikian, ini terlihat dalam fakta bahwa banyak gereja menolak adanya pendeta perempuan bahkan tua-tua jemaat pun hanya dapat dijabat oleh pria. Banyak kotbah-kotbah mimbar menempatkan perempuan sebagai mahluk yang harus ´tunduk kepada suami!´
Dari latar belakang demikianlah di Eropa berkembang gerakan untuk ´menaikkan derajat kaum perempuan´ tetapi gaungnya kurang keras, baru setelah di Amerika Serikat terjadi revolusi sosial dan politik, perhatian terhadap hak-hak kaum perempuan mulai mencuat. Di tahun 1792 Mary Wollstonecraft membuat karya tulis berjudul Vindication of the Right of Woman yang isinya dapat dikata meletakkan dasar prinsip-prinsip feminisme dikemudian hari. Pada tahun-tahun 1830-1840 sejalan terhadap pemberantasan praktek perbudakan, hak-hak kaum prempuan mulai diperhatikan, jam kerja dan gaji kaum ini mulai diperbaiki dan mereka diberi kesempatan ikut dalam pendidikan dan diberi hak pilih, sesuatu yang selama ini hanya dinikmati oleh kaum laki-laki.
Secara umum pada gelombang pertama dan kedua hal-hal berikut ini yang menjadi momentum perjuangannya: gender inequality, hak-hak perempuan, hak reproduksi, hak berpolitik, peran gender, identitas gender dan seksualitas. Gerakan feminisme adalah gerakan pembebasan perempuan dari: rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan perempuan, dan phalogosentrisme.
Gelombang kedua
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, ditandai dengan lahirnya negara-negara baru yang terbebas dari penjajah Eropa, lahirlah Feminisme Gelombang Kedua pada tahun 1960. Dengan puncak diikutsertakannya perempuan dalam hak suara parlemen. Pada tahun ini merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut mendiami ranah politik kenegaraan.
Dalam gelombang kedua ini dipelopori oleh para feminis Perancis seperti Helene Cixous (seorang Yahudi kelahiran Aljazair yang kemudian menetap di Perancis) dan Julia Kristeva (seorang Bulgaria yang kemudian menetap di Perancis) bersamaan dengan kelahiran dekonstruksionis, Derrida. Dalam the Laugh of the Medusa, Cixous mengkritik logosentrisme yang banyak didominasi oleh nilai-nilai maskulin. Sebagai bukan white-Anglo-American-Feminist, dia menolak esensialisme yang sedang marak di Amerika pada waktu itu. Julia Kristeva memiliki pengaruh kuat dalam wacana pos-strukturalis yang sangat dipengaruhi oleh Foucault dan Derrida.
Secara lebih spesifik, banyak feminis-individualis kulit putih, meskipun tidak semua, mengarahkan obyek penelitiannya pada perempuan-perempuan dunia ketiga. Meliputi Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Dalam berbagai penelitian tersebut, telah terjadi pretensi universalisme perempuan sebelum memasuki konteks relasi sosial, agama, ras dan budaya. Spivak membongkar tiga teks karya sastra Barat yang identik dengan tidak adanya kesadaran sejarah kolonialisme. Mohanty membongkar beberapa peneliti feminis barat yang menjebak perempuan sebagai obyek. Dan Bell Hooks mengkritik teori feminisme Amerika sebagai sekedar kebangkitan anglo-white-american-feminism karena tidak mampu mengakomodir kehadiran black-female dalam kelahirannya.
Banyak kasus menempatkan perempuan dunia ketiga dalam konteks "all women". Dengan apropriasi bahwa semua perempuan adalah sama. Dalam beberapa karya sastra novelis perempuan kulit putih yang ikut dalam perjuangan feminisme masih terdapat lubang hitam, yaitu: tidak adanya representasi perempuan budak dari tanah jajahan sebagai Subyek. Penggambaran pejuang feminisme adalah yang masih mempertahankan posisi budak sebagai yang mengasuh bayi dan budak pembantu di rumah-rumah kulit putih.
Perempuan dunia ketiga tenggelam sebagai Subaltern yang tidak memiliki politik agensi selama sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Selama sebelum PD II, banyak pejuang tanah terjajah Eropa yang lebih mementingkan kemerdekaan bagi laki-laki saja. Terbukti kebangkitan semua Negara-negara terjajah dipimpin oleh elit nasionalis dari kalangan pendidikan, politik dan militer yang kesemuanya adalah laki-laki. Pada era itu kelahiran feminisme gelombang kedua mengalami puncaknya. Tetapi perempuan dunia ketiga masih dalam kelompok yang bisu.
Dengan keberhasilan gelombang kedua ini, perempuan dunia pertama melihat bahwa mereka perlu menyelamatkan perempuan-perempuan dunia ketiga, dengan asumsi bahwa semua perempuan adalah sama. Dengan asumsi ini, perempuan dunia ketiga menjadi obyek analisis yang dipisah dari sejarah kolonialisasi, rasisme, seksisme, dan relasi sosial.
Perkembangan di Amerika Serikat
Gelombang feminisme di Amerika Serikat mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan di tahun 1963. Buku ini ternyata berdampak luas, lebih-lebih setelah Betty Friedan membentuk organisasi wanita bernama National Organization for Woman (NOW) di tahun 1966 gemanya kemudian merambat ke segala bidang kehidupan. Dalam bidang perundangan, tulisan Betty Fredman berhasil mendorong dikeluarkannya Equal Pay Right (1963) sehingga kaum perempuan bisa menikmati kondisi kerja yang lebih baik dan memperoleh gaji sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, dan Equal Right Act (1964) dimana kaum perempuan mempunyai hak pilih secara penuh dalam segala bidang
Gerakan feminisme yang mendapatkan momentum sejarah pada 1960-an menunjukan bahwa sistem sosial masyarakat modern dimana memiliki struktur yang pincang akibat budaya patriarkal yang sangat kental. Marginalisasi peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya ekonomi dan politik, merupakan bukti konkret yang diberikan kaum feminis.
Gerakan perempuan atau feminisme berjalan terus, sekalipun sudah ada perbaikan-perbaikan, kemajuan yang dicapai gerakan ini terlihat banyak mengalami halangan. Di tahun 1967 dibentuklah Student for a Democratic Society (SDS) yang mengadakan konvensi nasional di Ann Arbor kemudian dilanjutkan di Chicago pada tahun yang sama, dari sinilah mulai muncul kelompok "feminisme radikal" dengan membentuk Women´s Liberation Workshop yang lebih dikenal dengan singkatan "Women´s Lib". Women´s Lib mengamati bahwa peran kaum perempuan dalam hubungannya dengan kaum laki-laki dalam masyarakat kapitalis terutama Amerika Serikat tidak lebih seperti hubungan yang dijajah dan penjajah. Di tahun 1968 kelompok ini secara terbuka memprotes diadakannya "Miss America Pegeant" di Atlantic City yang mereka anggap sebagai "pelecehan terhadap kaum wanita dan komersialisasi tubuh perempuan". Gema ´pembebasan kaum perempuan´ ini kemudian mendapat sambutan di mana-mana di seluruh dunia..
Pada 1975, "Gender, development, dan equality" sudah dicanangkan sejak Konferensi Perempuan Sedunia Pertama di Mexico City tahun 1975. Hasil penelitian kaum feminis sosialis telah membuka wawasan jender untuk dipertimbangkan dalam pembangunan bangsa. Sejak itu, arus pengutamaan jender atau gender mainstreaming melanda dunia. Memasuki era 1990-an, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang merupakan salah satu struktur penting dalam masyarakat modern. Termarginalisasinya peran perempuan dalam institusi sains dianggap sebagai dampak dari karakteristik patriarkal yang menempel erat dalam institusi sains. Tetapi, kritik kaum feminis terhadap institusi sains tidak berhenti pada masalah termarginalisasinya peran perempuan. Kaum feminis telah berani masuk dalam wilayah epistemologi sains untuk membongkar ideologi sains yang sangat patriarkal. Dalam kacamata eko-feminisme, sains modern merupakan representasi kaum laki-laki yang dipenuhi nafsu eksploitasi terhadap alam. Alam merupakan representasi dari kaum perempuan yang lemah, pasif, dan tak berdaya. Dengan relasi patriarkal demikian, sains modern merupakan refleksi dari sifat maskulinitas dalam memproduksi pengetahuan yang cenderung eksploitatif dan destruktif. Berangkat dari kritik tersebut, tokoh feminis seperti Hilary Rose, Evelyn Fox Keller, Sandra Harding, dan Donna Haraway menawarkan suatu kemungkinan terbentuknya genre sains yang berlandas pada nilai-nilai perempuan yang antieksploitasi dan bersifat egaliter. Gagasan itu mereka sebut sebagai sains feminis (feminist science).










BAB III
ANALISA DATA

► Analisa “Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan Feminisme Liberal
Dalam sitkom SSTI ( suami-suami takut istri) jika di analisa menggunakan pendekatan feminis liberal akan banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang di gambarkan dalam SSTI ini. Saya akan menjabarkan dalam poin dibawah ini, analisa SSTI dengan menggunakan pendekatan Feminisme Liberal dengan menggunakan teory dari Wollstonecraft:
• Menurut teory dari Wollstonecraft jika dihubungkan dengan sitcom “SSTI”, akan banyak persamaan yang ada di dalamnya, karena teory Wollstonecraft menentang jika wanita hanya disebut sebagai perempuan “peliharaan” saja, yang hanya bisa mengorbankan semuanya hanya demi suaminya untuk prestise yang disediakan suaminya. Di dalam tayangan sitcom “SSTI” ini para istri-istri harus memerankan istri yang galak dan tidak mau kalah dengan suaminya, para istri di kompleks griya mintari ini juga selalu yang mengatur suaminya untuk ini itunya, jadi peran si istri di dalam komedi situsi “Suami-suami Takut Istri” lebih dominan di dalam mengatur si suami, anak-anaknya dan juga rumah tangganya, ini terdapat di dalam salah satu argument yang disampaikan oleh Wollstonecraft yaitu perempuan bisa sejajar dengan laki-laki.
• Feminis dalam sitkom ini digambarkan pada mbak prety seorang janda kembang yang selalu digoda oleh suami-suami yang bandel ( Pak RT, uda Faizal, Karyo dan Bang Tigor). Hal ini digambarkan bahwa wanita selalu ter opresi oleh kaum lelaki. Dalam feminisme Liberal perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki kemudian perempuan berusaha untuk melakukan apapun dan mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki. Dalam sitkom ini para Istri-istri yang juga jahat dan tega kepada suaminya juga melakukan ini, mereka tidak lagi disuruh-suruh oleh suaminya, dan mereka tidak pernah memperlakukan suaminya layaknya seorang suami, misalnya: melayani membuatkan kopi, menghibur mereka dikala pulang kerja, memijit, ataupun bersikap lembut kepada suaminya, hal ini sangat jarang sekali dilakukan kepada suami-suami mereka. Perempuan di Sitkom ini adalah perempuan yang tidak mau tertindas, dengan kata lain mereka tidak mau di bodoh-bodohi suami mereka yang sedikit ataupun malah seringkali ganjen kepada wanita-wanita di Griya Mintari kompleks mereka tinggal. Perempuan di SSTI ini seringkali malah menindas suaminya, mereka tidak mau kalah dengan sang suami. Mereka ingin menang sendiri, dan mereka yakin bisa melakukan semuanya tanpa bantuan suami-suami mereka. Mereka pula yang mengatur keuangan rumah tangga. Feminis Liberal disini mulai muncul pada sang Istri. Sang istri merasa status, peran dan fungsinya sama dengan sang suami.
• Sang istri tidak mau diatur oleh sang suami, disini peran sang istri lebih galak, seperti yang disebutkan dalam feminism Liberal, pendapat Naomi Wolf yang menyebutkan bahwa Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki. Di sitkom ini para istri lebih banyak mengatur suaminya, seakan-akan merekalah yang mempunyai hak kuasa atas suami dan rumah tangga mereka. Sang istri juga selalu menuntut perasaan haknya dan para istri di SSTI bebas berkehendak tanpa bergantung pada lelakinya. Apapun akan dilakukan sang istri demi kepuasan mereka. Peran mbak pretty di Sitkom Suami-Suami takut istri disini juga menggambarkan bahwa wanita bisa tanpa laki-laki, mbak Pretty dalam tokohnya dia bias bekerja dan menghidupi dirinya tanpa suami. Mbak pretty adalah janda muda/ janda kembang yang menjadi bunga kompleks Griya Mintari.











Sinopsis
Sitkom “Suami-Suami Takut Istri”
SUTRADARA : SOFYAN D’SURZA
DI TAYANGKAN : TRANS TV
WAKTU : SENIN-JUM’AT ( 18.00 WIB – 19.00 WIB )
PEMERAN :
* Otis Pamutih sebagai Sarmili (Pak RT)
* Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT)
* Marissa sebagai Sarmilila ( Anak Sarmili / Sarmila)
* Irfan Penyok sebagai Karyo ( Suami Sheila)
* Putty Noor sebagai Sheila
* Yanda Djaitov sebagai Tigor
* Asri Pramawati sebagai Welas
* Ozol sebagai Faisal
* Melvy Noviza sebagai Deswita
* Desi Novitasari sebagai Pretty
* Epy Kusnandar sebagai Dadang (Satpam Perumahan ke-1)
* Adi Irwandi sebagai Garry
* Ki Daus sebagai dirinya sendiri (Satpam Perumahan ke-2)

SINOPSIS:
Suami-suami Takut Istri adalah sitkom yang ditayangkan di Trans TV setiap Senin hingga Jumat pukul 18.00 WIB sejak 15 Oktober 2007. Serial ini digarap oleh rumah produksi Multivision Plus di bawah arahan sutradara Sofyan De Surza.
Komedi Situasi Suami-suami Takut Istri mengangkat fenomena suami-suami yang tinggal di suatu area perumahan. Mereka semua memiliki kesamaan yaitu berada di bawah dominasi istri-istri mereka. Perasaan “senasib sepenanggungan” ini tumbuh makin kuat, sehingga mereka membentuk aliansi tidak resmi bagi suami-suami yang takut istri ini. Mereka saling mendukung dan mencela, saling menguatkan agar tidak lagi mau ditindas, walaupun seringkali sang pemberi nasihat justru masih takut istri juga. Para istri di komplek perumahan tersebut juga membentuk perkumpulan yang sama. Mereka saling memberi dukungan agar tidak kehilangan kendali atas suami-suami mereka.
Sinetron komedi SSTI menjadi favorit akhir-akhir ini. Ceritanya konyol tapi cukup menghibur dan bisa melepaskan stress. Cerita yang bersetting suasana sebuah kompleks perumahan ini berkisah tentang suami-suami yang takut sama istri mereka, bahkan kadang cenderung sikap istrinya sangat tega, dan seringkali menindas suami serta uniknya pasangan-pasangan tersebut berasal dari berbagai etnik di Indonesia. Misalnya pasangan Pak RT dan istrinya yang berasal dari Betawi, pasangan Uda Faisal dan istrinya yang berasal dari Sumatera Barat, pasangan Karyo dan istrinya yang artis “nggak” laku berasal dari Jawa dan pasangan Bang Tigor yang berasal dari batak tapi istrinya “wong” solo bernama Welas yang kontras sekali dengan sangarnya Tigor. Semua suami-suami tersebut takut sekali sama istrinya, namun meskipun istrinya kejam-kejam dan galak-galak tapi groups suami-suami ini juga bandel-bandel dan nekat-nekat yang selalu mengoda si janda bahenol bernama Mbak Prety.
Latar belakangnya yaitu, untuk kasus Pak RT, Uda Faisal dan Karyo tak lepas dari faktor ekonomi, yaitu Pak RT tukang ojek yang menikahi bu RT yang cukup kaya, Uda Faisal penulis kere yang menikahi Deswita yang punya banyak usaha dagang, dan Karyo karyawan biasa yang menikahi Sheila artis dan anak orang kaya. Hanya untuk Tigor yang sedikit lain dan unik kasus, yaitu Tigor ini punya saudara yang mati karena terjangkit penyakit AIDS gara-gara sering main perempuan, akibatnya si Tigor ini jadi trauma takut terkena AIDS dan takut bersentuhan sama perempuan lainnya kecuali istrinya, nah berhubung Tigor ini punya libido yang lumayan tinggi hal ini dimanfaatkan oleh Welas istrinya yang lemah gemulai tapi sedikit lemot ini untuk menekan Tigor, jadi kalo Tigor macam-macam alamat tidur diruang tamu dan tidak dikasih jatah sama istrinya selama sebulan. Kemudian ada satu tokoh lagi yang kontras dengan toko-tokoh diatas tadi, yaitu Dadang. Seorang Satpam di kompleks tersebut. Meskipun satpam tapi hebatnya dia punya tiga orang istri yang hidup satu rumah sama dia dan patuh lagi sama dia.
















KESIMPULAN
• Dapat diambil beberapa kesimpulan dari analisa ini:
1. Perempuan tidak selalu teropresi oleh laki-laki, digambarkan pada tygn SSTI.
2. Perempuan bisa menjadi seperti laki-laki yang bisa mengambil sebuah keputusan, dan melakukan apa saja yang laki-laki bisa lakukan ( dapat dilihat pada analisa data ).




















DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2000.
WIKIPEDIA,Jakarta, 2009.
Tong, Rosemarie Putnum, Feminist Thought, Allen & Unwin, westview Press, 1998

MAKALAH PENDAHULUAN TEORY KULTIVASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuni-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.



Penulis












BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dunia komunikasi saat ini lebih meluas, komunikasi tidak akan ada habisnya untuk dibahas, sebagai contohnya komunikasi ada beberapa pengelompokan antara lain komunikasi bisnis, komunikasi politik, komunikasi antar pribadi, komunikasi antar budaya, dan komunikasi massa. Akhir-akhir ini yang banyak dibicarakan adalah komunikasi massa. Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.
Komunikasi massa saat ini sedang meroket dan banyak dibutuhkan maupun menjadi konsumsi publik. Contohnya Televisi, radio, maupun surat kabar, semua komunikasi massa tersebut sudah menjadi konsumsi publik pada saat ini. Bahkan media televisi ini ada tipe penontonnya atau di dalam teori kultivasi disebut sebagai pecandu, ada dua tipi pecandu yaitu pecandu fanatik dan pecandu biasa. Karena televisi sudah menjadi konsumsi publik maka hampir sebagian besar. Bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki televisi. Sehingga dunia entertain juga berlomba-lomba menyuguhkan tayangan yang dapat menghibur. Banyak sekali tayangan-tayangan yang disuguhkan sekarang ini, ada kartun, infotainment, berita, sitkom, sinetron, dan masih banyak lagi. Akan tetapi diantara banyak tayangan tersebut tidak semuanya mendidik, tayangan yang disuguhkan juga tak luput dari pengaruh, karena termasuk dalam ciri dalam media televisi yaitu persuasif. Dalam hal ini, televisi mampu mempengaruhi lingkungan melalui penggunaan berbagai simbol. Pengaruh yang ada pada media televisi tidak hanya pengaruh yang baik saja, akan tetapi pengaruh buruk akan ada pada televisi. Pengaruh buruk ini pun tidak hanya sekedar buruk, akan tetapi sudah mengarah ke dalam tindak kekerasan.
Dalam komunikasi massa ada salah satu teory yang menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi dengan tindak kekerasan, salah satunya adalah teory kultivasi. Makalah ini akan menjelaskan secara luas bagaimana untuk mengetahui sejauh mana tindak kekerasan yang ada pada media televisi dijelaskan dengan teory kultivasi ini.

1.2. Tujuan
1. Menjelaskan tentang teory kultivasi secara meluas, dampak dan cara menyikapi tayangan serta menyaring tayangan kekerasan yang ada pada media televisi.
2. Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan diharapakn bermanfaat bagi yang membacanya.