Selasa, 17 November 2009

KONSEP RUBRIKASI

Nama Media : London Beauty Center
Segmentasi : Member (Remaja dan Orang dewasa)
Kisaran Usia : 19 s/d 40 tahun
Oplah : 100 Exemplar
Format : Majalah ( 22 cm x 30 cm )
Intensitas Terbit : 3 bulan sekali
Jumlah : 20 Halaman


Hal Nama Rubrik Deskripsi Keterangan
1 Cover Visual mempresentasika isu utama
2 Halaman Iklan Halaman iklan majalah corporate
4 Terazo Berisi tentang catatan media biasnya diisi dengan salam pembuka redaksi kepada pembaca
5 KlinikOnsultasi Tanya jawab dan konsultasi kecantikan
6 Re-member Meliput aktivitas apa saja yang dilakukan oleh member
7 Elegan Berisi profil dari pengelola ataupun member Berisi profil pemenang putri LBC
8 Show Up Berisi produk-produk yang dihasilkan dan dijual di masyarakat.
9 Head Line Tema-tema aktual dan eksklusif
10 Artikel Di isi oleh pakar-pakar kecantikan
11 Beautips Berisi tentang tips-tips kecantikan

STUDY KOMUNIKASI GENDER

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan tekonologi yang begitu pesat, dunia komunikasi terutama komunikasi massa sangat berkembang begitu cepat. membahas komunikasi massa dan pengertian media televisi secara luas,jenis-jenis media , fungsi media televisi, serta pengaruh media televisi terhadap massa. Bidang komunikasi massa dipelajari lebih dari sudut pandang konsumen daripada dari sudut pandang pengirim pesan atau sumber. Penekanannya disini adalah pada pemahaman peran media dalam masyarakat modern. Bagaimana media mempengaruhi kita dan bagaimana kita mempengarui media serta bagaimana kita dapat meningkatkan kreatifitas dan ketrampilan kita sebagai pengguna media yang semakin lama semakin berkembang pesat. Media, tentu saja, bukanlah realitas. Namun demikian, media membantu menciptakan realitas pribadi bagi banyak orang dan mempengaruhi realitas dari seseorang. Kita harus mengetahui ini terjadi jika kita ingin menguasai media dan bukan dikuasai oleh media.
Sedikit pengertian dari media massa adalah penyampaian pesan dari sedikit pengirim ( komunikator ) kepada sejumlah penerima ( komunikan ) yang bersifat tidak terbatas dan bersifat heterogen. Pihak penrima pesan dari media massa disebut khalayak, televisi adalah salah satu media massa yang memiliki fungsi komunikasi massa yaitu fungsi mendidik ( to educate ), memberikan informasi ( to inform ), menghibur ( to entertain ), dan juga termasuk fungsi mempengaruhi ( to persuade ) ( Karlinah, Soemirat dan Komala, 1999 ).
Membahas komunikasi massa dan pengertian media televisi secara luas,jenis-jenis media , fungsi media televisi, serta pengaruh media televise terhadap massa. Kita membahas teori-teori utama komunikasa masa dan berusaha menjelaskan bagaimana berbagai teori ini menerangkan pengaruh media televisi terhadap komunikasa massa atau perorangan serta menyebar luaskan pesan-pesan media masa kepada masyarkat luas. Bidang komunikasi massa dipelajari lebih dari sudut pandang konsumen ketimbang dari sudut pandang pengirim pesan atau sumber. Penekanannya disini adalah pada pemahaman peran media dalam masyarakat modern. Bagaimana media mempengaruhi kita (dan bagaimana kita mempengarui media) serta bagaimana kita dapat meningkatkan kreatifitas dan ketrampilan kita sebagai pengguna media yang semakin lama semakin berkembang pesat. Media, tentu saja, bukanlah realitas. Namun demikian, media membantu menciptakan realitas pribadi bagi banyak orang dan mempengaruhi realitas dari seseorang. Kita harus mengetahui ini terjadi jika kita ingin menguasai media dan bukan dikuasai oleh media
Perkembangan dunia hiburan saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini berjalan dengan seiring berkembangnya dunia pertelevisisan sebagai media pesan. Televisi hadir dengan sifatnya yang audio-visual dan kinematografik ( pandang dengar dan gambar bergerak ). Televisi sangat berpengaruh didalam kehidupan masyarakat kontemporer. Apalagi seiring berkembangnya waktu acara televisi sangat beragam saat ini, mulai dari sinetron, fiilm Indonesia, Reality Show, berita entertain, berita politik, dll. Sangat banyak dan sangat beragam, sehingga komunikan bisa leluasa dan bebas memilih tayangan yang akan dipilih untuk dijadikan konsumsis, akan tetapi juga harus dengan sesuai batasan umur.
Media sendiri adalah suatu alat untuk menyampaikan informasi komunikasi secara aktif maupun pasif. Sedangkan Televisi berasal dari dua kata yaitu( tele ) yang artinya jauh dan (visi) artinya pandangan, yang bermakna pandangan jarak jauh. Namun arti secara global adalah sebuah alat media informasi audio visual satu arah.( dalam Google )
Media yang paling popular dan tersebar (di Amerika dan mungkin juga di Indonesia), masyarakat yang tidak menikmati televisi telah semakin berkurang. Di Amerika Serikat pesawat televisi rata-rata disetel sekitar tujuh jam sehari. Ini berarti lebih dari 2500 jam per tahun , atau 106 hari per tahun. Dalam seminggu ini berarti 47 jam, lebih dari waktu yang digunakan orang untuk bekerja atau tudur. Walaupun kita dapat berbeda pendapat mengenai apakah ini baik atau buruk, kita pasti berpendapat kehidupan orang amerika tanpa televisi pasti akan sama sekali berbeda dari yang ada sekarang. Selama 10 atau 15 tahun yang lalu televisi telah berubah drastis. Selama 10 atau 15 tahun yang akan datang perubahannya mungkin akan jauh lebih besar lagi. TV kabel (di amerika), pada mulanya dirancang untuk memperbaiki penerimaan siaran, sekarang ia telah menjadi program khusus yang di nikmati lebih dari 50 juta ruma.
Terlebih dahulu peneliti akan menerangkan tentang feminism liberal dan beberapa pengertian dari feminism liberal. Apa yang disebut sebagai Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkab wanita pada posisi sub-ordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme. Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada pria.
Kita membahas teori-teori utama komunikasi massa dan berusaha menjelaskan bagaimana berbagai teori ini menerangkan dan menganalisa sebuah tayangan televisi dengan menggunakan pendekatan beberapa feminis yang dipilih. Dalam dunia komunikasi juga mempelajari tentang Studi Komunikasi Gender, ada beberapa bidang dalam studi komunikasi gender yang salah satunya yang akan saya analisa atas fenomena dalam komunikasi massa yaitu: Televisi.
Seiring dengan kemajuan tayangan televisi dan bermunculan beragam tayangan yang menraik, disini saya akan mencoba menganalisa tentang sitkom “ Suami-suami takut Istri” yang ditayangkan di Trans Tv dengan menggunakan pendekatan feminisme Liberal.Secara garis besar feminis liberal ini lebih memberikan kebebasan dan hak kepada setiap wanita, yang pada intinya status, fungsi, dan peran antara laki-laki dan perempuan itu sama. Pendapat lain tentang feminisme liberal adalah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebsan penuh dan individual. Tokoh Aliran ini adalah Naomi Wolf sebagai “feminisme kekuatan” yang merupakan solusi.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarakan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti membatasi permasalahan karena adanya keterbatasan, baik tenaga, dana dan waktu, dan supaya hasil penelitian lebih terfokus penliti membatasi masalah dengan fokus penelitian antara lain:
1. Analisa sitkom “ Suami-Suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
2. Persamaan, pertentangan dan perbedaan yang terdapat dan yang ada dalam analisa dengan menggunakan feminisme liberal ini
1.3 Rumusan Masalah
Dari masalah tersebut, secara khusus ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah deskripsi analisa sitkom “ Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme Liberal?
2. Apa saja persamaan dalam analisa sitkom ini dengan menggunakan feminisme liberal?
1.4 Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah:
• secara umum penelitian ini untuk menganalisa tayangan sitkom “ Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
B. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan analisa tayangan sitkom “ Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
2. Untuk meneliti apa saja persamaan dengan teory Wollstonecraft dalam analisa sitkom ini dengan menggunakan feminisme liberal.
1.5 Manfaat Penelitian / signifikasi penelitian
Setiap penelitian diharapkan memberikan dan memiliki manfaat. Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis. Adapun manfaat dari penelitian inmi yaitu:
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk memberikan ilmu dan dapat membantu pembaca untuk mempermudah memahami tentang analisa tayangan televisi dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.
b. Secara praktis peneltian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengetahuan tentang analisa menggunakan feminisme liberal.
1.6 Sumber Data
Untuk tujuan ini, saya mengambil data dari tayangan televisi: sitkom “suami-suami takut istri” yang ditayangkan di Trans TV setiap hari Senin-Jum’at pukul 18.00 WIB – 19.00 WIB. Saya meneliti sitkom ini yang di sutradarai oleh Sofyan D’ Surza..




BAB II
KERANGKA TEORI

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran dari teori-teori yang ada di feminis thought, khususnya feminism liberal, disini peneliti menggunakan teori dari Wollstonecraft, kerangka teori ini mempunyai pengaruh yang besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki tendensi-tendensi pemikiran tentang wanita dan persamaan antara laki-laki dan perempuan, bahwa mereka adalah dua orang manusia yang berbeda jenis kelamin akan tetapi sama derajatnya, itu menurut teory dari Wollstonecraft. Teory tersebut juga mempunyai asumsi kuat untuk menganalisis penelitian ini. Tujuan dari feminisme Liberal ini antara lain untuk menciptakan masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang, hanya di dalam masyarakat seperti itu, perempuan dan juga laki-laki dapat mengembangkan diri.
► Teory Wollstonecraft
Nama lengkapnya adalah Mary Wollstonecraft, dia seorang penulis, dan menulis pada waktu posisi social dan ekonomi perempuan di Eropa sedang menurun ( 1759 – 1799 ). Hingga abad ke-18, pekerjaan produktif ( pekerjaan yang menghasilkan pendapatan untuk menghidupi sebuah keluarga ) telah dilakukan di dan sekitar rumah, baik perempuan maupun laki-laki.
Dalam teorinya Wollstonecraft perempuan kelas menengah adalah perempuan “peliharaan” yang telah mengorbankan kesehatan, kebebasan, dan moralitasnya untuk prestise, kenikmatan, dan kekuasaan yang disediakan suaminya. Karena perempuan kelas menengah ini tidak diizinkan untuk berolahraga diluar rumah, karena kawatir hal itu akan menggelapkan kulitnya yang putih, menjadikan mereka tidak sehat. Karena mereka tidak dibiarkan untuk mengambil keputusan sendiri, mereka tidak mempunyai kebebasan. Dan karena mereka dihambat untuk mengembangkan kemampuan nalarnya dengan alasan hal yang terbaik yang dapat dilakukan adalah memanjakan diri dan menyenangkan orang lain, terutama laki-laki dan anak-anak mereka yang tidak mempunyai moralitas. Wollstonecraft menyangkal bahwa perempuan secara alamiah lebih cenderung untuk bersifat sebagai pemburu dan pemberi kenikmatan, jadi atas dasarnya perempuan sederajat dengan laki-laki. Pendapat Wollstone yang lain juga menyebutkan bahwa perempuan yang ideal tidak begitu tertarik untuk memenuhi keinginan dirinya jika pemenuhan diri itu, berarti setiap pemuasan diri atas hasrat yang mengalihkan perhatiannya atas tugas-tugasnya dan ia lebih tertarik kepada usaha pengendalian diri. Yang diinginkan Wollstonecraft bagi perempuan adalah Personhood manusia secara utuh, perempuan bukanlah “ mainan laki-laki, atau lonceng milik laki-laki” yang harus berbunyi pada telinganya, tanpa mengindahkan nalar, setiap kali ia ingin dihibur.
► Akar Feminis Liberal Abad ke-18 dan ke-19
Mengamati bahwa pemikiran politis liberal mempunyai konsepsi atas sifat manusia, yang menempatkan keunikan kita sebagai manusia dalam kapasitas kita untuk bernalar. Keyakinan bahwa nalar membedakan kita dari makhluk lain, tidak memberikan informasi apa-apa, karena itu kaum liberal mencoba untuk mendefinisi nalar dalam berbagai cara, dan menekankan aspek aspek moral atau aspek prudensial. Menurut kaum liberal, “hak” harus diberikan sebagai prioritas di atas “kebaikan”. Kondisi bahwa hak lebih merupakan prioritas daripada kebaikan, memperumit konstruksi masyarakat yang adil. Karena jika hal itu benar seperti klaim kebanyakan kaum liberal bahwa sumber daya adalah terbatas dan setiap individu, bahkan ketika dibatasi oleh altruism.
Bagi kaum liberal klasik, negara yang ideal harus melindungi kebebasan sipil dan alih-alih melakukan campur tangan dengan pasar bebas, negara malah memberikan semua individu kesempatan yang setara, untuk menentukan akumulasinya sendiri di dalam pasar tersebut.
Tujuan umum dari feminism liberal adalah untuk menciptakan “masayarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang”. Hanya di dalam masyarakat seperti itu, perempuan dan juga laki-laki dapat mengembangkan diri.



►Sejarah Perkembangan Feminisme
Gelombang pertama
Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam sejarah kelahirannya dengan kelahiran era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada tahun 1785. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara-negara penjajah Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.
Kata feminisme dikreasikan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Pergerakan center Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, the Subjection of Women (1869). Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme Gelombang Pertama.
Pada awalnya gerakan ini memang diperlukan pada masa itu, dimana ada masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Sejarah dunia menunjukkan bahwa secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) khususnya dalam masyarakat yang patriarki sifatnya. Dalam bidang-bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan lebih-lebih politik hak-hak kaum ini biasanya memang lebih inferior ketimbang apa yang dapat dinikmati oleh laki-laki, apalagi masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris cenderung menempatkan kaum laki-laki di depan, di luar rumah dan kaum perempuan di rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Perancis di abad ke-XVIII yang gemanya kemudian melanda Amerika Serikat dan ke seluruh dunia.
Suasana demikian diperparah dengan adanya fundamentalisme agama yang cenderung melakukan opresi terhadap kaum perempuan. Di lingkungan agama Kristen pun ada praktek-praktek dan kotbah-kotbah yang menunjang situasi demikian, ini terlihat dalam fakta bahwa banyak gereja menolak adanya pendeta perempuan bahkan tua-tua jemaat pun hanya dapat dijabat oleh pria. Banyak kotbah-kotbah mimbar menempatkan perempuan sebagai mahluk yang harus ´tunduk kepada suami!´
Dari latar belakang demikianlah di Eropa berkembang gerakan untuk ´menaikkan derajat kaum perempuan´ tetapi gaungnya kurang keras, baru setelah di Amerika Serikat terjadi revolusi sosial dan politik, perhatian terhadap hak-hak kaum perempuan mulai mencuat. Di tahun 1792 Mary Wollstonecraft membuat karya tulis berjudul Vindication of the Right of Woman yang isinya dapat dikata meletakkan dasar prinsip-prinsip feminisme dikemudian hari. Pada tahun-tahun 1830-1840 sejalan terhadap pemberantasan praktek perbudakan, hak-hak kaum prempuan mulai diperhatikan, jam kerja dan gaji kaum ini mulai diperbaiki dan mereka diberi kesempatan ikut dalam pendidikan dan diberi hak pilih, sesuatu yang selama ini hanya dinikmati oleh kaum laki-laki.
Secara umum pada gelombang pertama dan kedua hal-hal berikut ini yang menjadi momentum perjuangannya: gender inequality, hak-hak perempuan, hak reproduksi, hak berpolitik, peran gender, identitas gender dan seksualitas. Gerakan feminisme adalah gerakan pembebasan perempuan dari: rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan perempuan, dan phalogosentrisme.
Gelombang kedua
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, ditandai dengan lahirnya negara-negara baru yang terbebas dari penjajah Eropa, lahirlah Feminisme Gelombang Kedua pada tahun 1960. Dengan puncak diikutsertakannya perempuan dalam hak suara parlemen. Pada tahun ini merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut mendiami ranah politik kenegaraan.
Dalam gelombang kedua ini dipelopori oleh para feminis Perancis seperti Helene Cixous (seorang Yahudi kelahiran Aljazair yang kemudian menetap di Perancis) dan Julia Kristeva (seorang Bulgaria yang kemudian menetap di Perancis) bersamaan dengan kelahiran dekonstruksionis, Derrida. Dalam the Laugh of the Medusa, Cixous mengkritik logosentrisme yang banyak didominasi oleh nilai-nilai maskulin. Sebagai bukan white-Anglo-American-Feminist, dia menolak esensialisme yang sedang marak di Amerika pada waktu itu. Julia Kristeva memiliki pengaruh kuat dalam wacana pos-strukturalis yang sangat dipengaruhi oleh Foucault dan Derrida.
Secara lebih spesifik, banyak feminis-individualis kulit putih, meskipun tidak semua, mengarahkan obyek penelitiannya pada perempuan-perempuan dunia ketiga. Meliputi Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Dalam berbagai penelitian tersebut, telah terjadi pretensi universalisme perempuan sebelum memasuki konteks relasi sosial, agama, ras dan budaya. Spivak membongkar tiga teks karya sastra Barat yang identik dengan tidak adanya kesadaran sejarah kolonialisme. Mohanty membongkar beberapa peneliti feminis barat yang menjebak perempuan sebagai obyek. Dan Bell Hooks mengkritik teori feminisme Amerika sebagai sekedar kebangkitan anglo-white-american-feminism karena tidak mampu mengakomodir kehadiran black-female dalam kelahirannya.
Banyak kasus menempatkan perempuan dunia ketiga dalam konteks "all women". Dengan apropriasi bahwa semua perempuan adalah sama. Dalam beberapa karya sastra novelis perempuan kulit putih yang ikut dalam perjuangan feminisme masih terdapat lubang hitam, yaitu: tidak adanya representasi perempuan budak dari tanah jajahan sebagai Subyek. Penggambaran pejuang feminisme adalah yang masih mempertahankan posisi budak sebagai yang mengasuh bayi dan budak pembantu di rumah-rumah kulit putih.
Perempuan dunia ketiga tenggelam sebagai Subaltern yang tidak memiliki politik agensi selama sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Selama sebelum PD II, banyak pejuang tanah terjajah Eropa yang lebih mementingkan kemerdekaan bagi laki-laki saja. Terbukti kebangkitan semua Negara-negara terjajah dipimpin oleh elit nasionalis dari kalangan pendidikan, politik dan militer yang kesemuanya adalah laki-laki. Pada era itu kelahiran feminisme gelombang kedua mengalami puncaknya. Tetapi perempuan dunia ketiga masih dalam kelompok yang bisu.
Dengan keberhasilan gelombang kedua ini, perempuan dunia pertama melihat bahwa mereka perlu menyelamatkan perempuan-perempuan dunia ketiga, dengan asumsi bahwa semua perempuan adalah sama. Dengan asumsi ini, perempuan dunia ketiga menjadi obyek analisis yang dipisah dari sejarah kolonialisasi, rasisme, seksisme, dan relasi sosial.
Perkembangan di Amerika Serikat
Gelombang feminisme di Amerika Serikat mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan di tahun 1963. Buku ini ternyata berdampak luas, lebih-lebih setelah Betty Friedan membentuk organisasi wanita bernama National Organization for Woman (NOW) di tahun 1966 gemanya kemudian merambat ke segala bidang kehidupan. Dalam bidang perundangan, tulisan Betty Fredman berhasil mendorong dikeluarkannya Equal Pay Right (1963) sehingga kaum perempuan bisa menikmati kondisi kerja yang lebih baik dan memperoleh gaji sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, dan Equal Right Act (1964) dimana kaum perempuan mempunyai hak pilih secara penuh dalam segala bidang
Gerakan feminisme yang mendapatkan momentum sejarah pada 1960-an menunjukan bahwa sistem sosial masyarakat modern dimana memiliki struktur yang pincang akibat budaya patriarkal yang sangat kental. Marginalisasi peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya ekonomi dan politik, merupakan bukti konkret yang diberikan kaum feminis.
Gerakan perempuan atau feminisme berjalan terus, sekalipun sudah ada perbaikan-perbaikan, kemajuan yang dicapai gerakan ini terlihat banyak mengalami halangan. Di tahun 1967 dibentuklah Student for a Democratic Society (SDS) yang mengadakan konvensi nasional di Ann Arbor kemudian dilanjutkan di Chicago pada tahun yang sama, dari sinilah mulai muncul kelompok "feminisme radikal" dengan membentuk Women´s Liberation Workshop yang lebih dikenal dengan singkatan "Women´s Lib". Women´s Lib mengamati bahwa peran kaum perempuan dalam hubungannya dengan kaum laki-laki dalam masyarakat kapitalis terutama Amerika Serikat tidak lebih seperti hubungan yang dijajah dan penjajah. Di tahun 1968 kelompok ini secara terbuka memprotes diadakannya "Miss America Pegeant" di Atlantic City yang mereka anggap sebagai "pelecehan terhadap kaum wanita dan komersialisasi tubuh perempuan". Gema ´pembebasan kaum perempuan´ ini kemudian mendapat sambutan di mana-mana di seluruh dunia..
Pada 1975, "Gender, development, dan equality" sudah dicanangkan sejak Konferensi Perempuan Sedunia Pertama di Mexico City tahun 1975. Hasil penelitian kaum feminis sosialis telah membuka wawasan jender untuk dipertimbangkan dalam pembangunan bangsa. Sejak itu, arus pengutamaan jender atau gender mainstreaming melanda dunia. Memasuki era 1990-an, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang merupakan salah satu struktur penting dalam masyarakat modern. Termarginalisasinya peran perempuan dalam institusi sains dianggap sebagai dampak dari karakteristik patriarkal yang menempel erat dalam institusi sains. Tetapi, kritik kaum feminis terhadap institusi sains tidak berhenti pada masalah termarginalisasinya peran perempuan. Kaum feminis telah berani masuk dalam wilayah epistemologi sains untuk membongkar ideologi sains yang sangat patriarkal. Dalam kacamata eko-feminisme, sains modern merupakan representasi kaum laki-laki yang dipenuhi nafsu eksploitasi terhadap alam. Alam merupakan representasi dari kaum perempuan yang lemah, pasif, dan tak berdaya. Dengan relasi patriarkal demikian, sains modern merupakan refleksi dari sifat maskulinitas dalam memproduksi pengetahuan yang cenderung eksploitatif dan destruktif. Berangkat dari kritik tersebut, tokoh feminis seperti Hilary Rose, Evelyn Fox Keller, Sandra Harding, dan Donna Haraway menawarkan suatu kemungkinan terbentuknya genre sains yang berlandas pada nilai-nilai perempuan yang antieksploitasi dan bersifat egaliter. Gagasan itu mereka sebut sebagai sains feminis (feminist science).










BAB III
ANALISA DATA

► Analisa “Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan Feminisme Liberal
Dalam sitkom SSTI ( suami-suami takut istri) jika di analisa menggunakan pendekatan feminis liberal akan banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang di gambarkan dalam SSTI ini. Saya akan menjabarkan dalam poin dibawah ini, analisa SSTI dengan menggunakan pendekatan Feminisme Liberal dengan menggunakan teory dari Wollstonecraft:
• Menurut teory dari Wollstonecraft jika dihubungkan dengan sitcom “SSTI”, akan banyak persamaan yang ada di dalamnya, karena teory Wollstonecraft menentang jika wanita hanya disebut sebagai perempuan “peliharaan” saja, yang hanya bisa mengorbankan semuanya hanya demi suaminya untuk prestise yang disediakan suaminya. Di dalam tayangan sitcom “SSTI” ini para istri-istri harus memerankan istri yang galak dan tidak mau kalah dengan suaminya, para istri di kompleks griya mintari ini juga selalu yang mengatur suaminya untuk ini itunya, jadi peran si istri di dalam komedi situsi “Suami-suami Takut Istri” lebih dominan di dalam mengatur si suami, anak-anaknya dan juga rumah tangganya, ini terdapat di dalam salah satu argument yang disampaikan oleh Wollstonecraft yaitu perempuan bisa sejajar dengan laki-laki.
• Feminis dalam sitkom ini digambarkan pada mbak prety seorang janda kembang yang selalu digoda oleh suami-suami yang bandel ( Pak RT, uda Faizal, Karyo dan Bang Tigor). Hal ini digambarkan bahwa wanita selalu ter opresi oleh kaum lelaki. Dalam feminisme Liberal perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki kemudian perempuan berusaha untuk melakukan apapun dan mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki. Dalam sitkom ini para Istri-istri yang juga jahat dan tega kepada suaminya juga melakukan ini, mereka tidak lagi disuruh-suruh oleh suaminya, dan mereka tidak pernah memperlakukan suaminya layaknya seorang suami, misalnya: melayani membuatkan kopi, menghibur mereka dikala pulang kerja, memijit, ataupun bersikap lembut kepada suaminya, hal ini sangat jarang sekali dilakukan kepada suami-suami mereka. Perempuan di Sitkom ini adalah perempuan yang tidak mau tertindas, dengan kata lain mereka tidak mau di bodoh-bodohi suami mereka yang sedikit ataupun malah seringkali ganjen kepada wanita-wanita di Griya Mintari kompleks mereka tinggal. Perempuan di SSTI ini seringkali malah menindas suaminya, mereka tidak mau kalah dengan sang suami. Mereka ingin menang sendiri, dan mereka yakin bisa melakukan semuanya tanpa bantuan suami-suami mereka. Mereka pula yang mengatur keuangan rumah tangga. Feminis Liberal disini mulai muncul pada sang Istri. Sang istri merasa status, peran dan fungsinya sama dengan sang suami.
• Sang istri tidak mau diatur oleh sang suami, disini peran sang istri lebih galak, seperti yang disebutkan dalam feminism Liberal, pendapat Naomi Wolf yang menyebutkan bahwa Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki. Di sitkom ini para istri lebih banyak mengatur suaminya, seakan-akan merekalah yang mempunyai hak kuasa atas suami dan rumah tangga mereka. Sang istri juga selalu menuntut perasaan haknya dan para istri di SSTI bebas berkehendak tanpa bergantung pada lelakinya. Apapun akan dilakukan sang istri demi kepuasan mereka. Peran mbak pretty di Sitkom Suami-Suami takut istri disini juga menggambarkan bahwa wanita bisa tanpa laki-laki, mbak Pretty dalam tokohnya dia bias bekerja dan menghidupi dirinya tanpa suami. Mbak pretty adalah janda muda/ janda kembang yang menjadi bunga kompleks Griya Mintari.











Sinopsis
Sitkom “Suami-Suami Takut Istri”
SUTRADARA : SOFYAN D’SURZA
DI TAYANGKAN : TRANS TV
WAKTU : SENIN-JUM’AT ( 18.00 WIB – 19.00 WIB )
PEMERAN :
* Otis Pamutih sebagai Sarmili (Pak RT)
* Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT)
* Marissa sebagai Sarmilila ( Anak Sarmili / Sarmila)
* Irfan Penyok sebagai Karyo ( Suami Sheila)
* Putty Noor sebagai Sheila
* Yanda Djaitov sebagai Tigor
* Asri Pramawati sebagai Welas
* Ozol sebagai Faisal
* Melvy Noviza sebagai Deswita
* Desi Novitasari sebagai Pretty
* Epy Kusnandar sebagai Dadang (Satpam Perumahan ke-1)
* Adi Irwandi sebagai Garry
* Ki Daus sebagai dirinya sendiri (Satpam Perumahan ke-2)

SINOPSIS:
Suami-suami Takut Istri adalah sitkom yang ditayangkan di Trans TV setiap Senin hingga Jumat pukul 18.00 WIB sejak 15 Oktober 2007. Serial ini digarap oleh rumah produksi Multivision Plus di bawah arahan sutradara Sofyan De Surza.
Komedi Situasi Suami-suami Takut Istri mengangkat fenomena suami-suami yang tinggal di suatu area perumahan. Mereka semua memiliki kesamaan yaitu berada di bawah dominasi istri-istri mereka. Perasaan “senasib sepenanggungan” ini tumbuh makin kuat, sehingga mereka membentuk aliansi tidak resmi bagi suami-suami yang takut istri ini. Mereka saling mendukung dan mencela, saling menguatkan agar tidak lagi mau ditindas, walaupun seringkali sang pemberi nasihat justru masih takut istri juga. Para istri di komplek perumahan tersebut juga membentuk perkumpulan yang sama. Mereka saling memberi dukungan agar tidak kehilangan kendali atas suami-suami mereka.
Sinetron komedi SSTI menjadi favorit akhir-akhir ini. Ceritanya konyol tapi cukup menghibur dan bisa melepaskan stress. Cerita yang bersetting suasana sebuah kompleks perumahan ini berkisah tentang suami-suami yang takut sama istri mereka, bahkan kadang cenderung sikap istrinya sangat tega, dan seringkali menindas suami serta uniknya pasangan-pasangan tersebut berasal dari berbagai etnik di Indonesia. Misalnya pasangan Pak RT dan istrinya yang berasal dari Betawi, pasangan Uda Faisal dan istrinya yang berasal dari Sumatera Barat, pasangan Karyo dan istrinya yang artis “nggak” laku berasal dari Jawa dan pasangan Bang Tigor yang berasal dari batak tapi istrinya “wong” solo bernama Welas yang kontras sekali dengan sangarnya Tigor. Semua suami-suami tersebut takut sekali sama istrinya, namun meskipun istrinya kejam-kejam dan galak-galak tapi groups suami-suami ini juga bandel-bandel dan nekat-nekat yang selalu mengoda si janda bahenol bernama Mbak Prety.
Latar belakangnya yaitu, untuk kasus Pak RT, Uda Faisal dan Karyo tak lepas dari faktor ekonomi, yaitu Pak RT tukang ojek yang menikahi bu RT yang cukup kaya, Uda Faisal penulis kere yang menikahi Deswita yang punya banyak usaha dagang, dan Karyo karyawan biasa yang menikahi Sheila artis dan anak orang kaya. Hanya untuk Tigor yang sedikit lain dan unik kasus, yaitu Tigor ini punya saudara yang mati karena terjangkit penyakit AIDS gara-gara sering main perempuan, akibatnya si Tigor ini jadi trauma takut terkena AIDS dan takut bersentuhan sama perempuan lainnya kecuali istrinya, nah berhubung Tigor ini punya libido yang lumayan tinggi hal ini dimanfaatkan oleh Welas istrinya yang lemah gemulai tapi sedikit lemot ini untuk menekan Tigor, jadi kalo Tigor macam-macam alamat tidur diruang tamu dan tidak dikasih jatah sama istrinya selama sebulan. Kemudian ada satu tokoh lagi yang kontras dengan toko-tokoh diatas tadi, yaitu Dadang. Seorang Satpam di kompleks tersebut. Meskipun satpam tapi hebatnya dia punya tiga orang istri yang hidup satu rumah sama dia dan patuh lagi sama dia.
















KESIMPULAN
• Dapat diambil beberapa kesimpulan dari analisa ini:
1. Perempuan tidak selalu teropresi oleh laki-laki, digambarkan pada tygn SSTI.
2. Perempuan bisa menjadi seperti laki-laki yang bisa mengambil sebuah keputusan, dan melakukan apa saja yang laki-laki bisa lakukan ( dapat dilihat pada analisa data ).




















DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2000.
WIKIPEDIA,Jakarta, 2009.
Tong, Rosemarie Putnum, Feminist Thought, Allen & Unwin, westview Press, 1998

MAKALAH PENDAHULUAN TEORY KULTIVASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuni-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.



Penulis












BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dunia komunikasi saat ini lebih meluas, komunikasi tidak akan ada habisnya untuk dibahas, sebagai contohnya komunikasi ada beberapa pengelompokan antara lain komunikasi bisnis, komunikasi politik, komunikasi antar pribadi, komunikasi antar budaya, dan komunikasi massa. Akhir-akhir ini yang banyak dibicarakan adalah komunikasi massa. Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.
Komunikasi massa saat ini sedang meroket dan banyak dibutuhkan maupun menjadi konsumsi publik. Contohnya Televisi, radio, maupun surat kabar, semua komunikasi massa tersebut sudah menjadi konsumsi publik pada saat ini. Bahkan media televisi ini ada tipe penontonnya atau di dalam teori kultivasi disebut sebagai pecandu, ada dua tipi pecandu yaitu pecandu fanatik dan pecandu biasa. Karena televisi sudah menjadi konsumsi publik maka hampir sebagian besar. Bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki televisi. Sehingga dunia entertain juga berlomba-lomba menyuguhkan tayangan yang dapat menghibur. Banyak sekali tayangan-tayangan yang disuguhkan sekarang ini, ada kartun, infotainment, berita, sitkom, sinetron, dan masih banyak lagi. Akan tetapi diantara banyak tayangan tersebut tidak semuanya mendidik, tayangan yang disuguhkan juga tak luput dari pengaruh, karena termasuk dalam ciri dalam media televisi yaitu persuasif. Dalam hal ini, televisi mampu mempengaruhi lingkungan melalui penggunaan berbagai simbol. Pengaruh yang ada pada media televisi tidak hanya pengaruh yang baik saja, akan tetapi pengaruh buruk akan ada pada televisi. Pengaruh buruk ini pun tidak hanya sekedar buruk, akan tetapi sudah mengarah ke dalam tindak kekerasan.
Dalam komunikasi massa ada salah satu teory yang menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi dengan tindak kekerasan, salah satunya adalah teory kultivasi. Makalah ini akan menjelaskan secara luas bagaimana untuk mengetahui sejauh mana tindak kekerasan yang ada pada media televisi dijelaskan dengan teory kultivasi ini.

1.2. Tujuan
1. Menjelaskan tentang teory kultivasi secara meluas, dampak dan cara menyikapi tayangan serta menyaring tayangan kekerasan yang ada pada media televisi.
2. Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan diharapakn bermanfaat bagi yang membacanya.

Rabu, 28 Oktober 2009

analisa Sitkom "SSTI" menggunakan feminisme liberal

STUDI KOMUNIKASI GENDER


Dalam dunia komunikasi juga mempelajari tentang Studi Komunikasi Gender, ada beberapa bidang dalam Sudi Komunikasi Gender yang salah satunya yang akan saya analisa atas fenomena dalam Komunikasi Massa yaitu: Televisi. Televisi juga mempunyai arti yang sangat luas dan acara televisi saat ini pun sangat beragam, mulai dari sinetron, sinetron-komedi ( sitkom ), reality show, kuis, Infotainment gosip artis, berita dll. Saya memilih menganalisa tentang Sitkom yang akhir-akhir ini sedang naik daun, Sinetron komedi “ Suami-suami Takut Istri” yang di tayangkan di Trans Tv. Saya akan membatasi masalah yang akan saya analisa dalam fenomena tersebut dengan menggunakan salah satu pendekatan dalam Studi Komunikasi Gender, Feminisme Liberal. Disini saya akan menganalisa tayangan “Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan feminisme liberal.

► Feminisme Liberal
Feminisme liberal, feminis ini lebih memberikan kebebasan dan hak kepada setiap wanita, yang pada intinya status, fungsi, dan peran antara laki-laki dan perempuan itu sama. Kemudian di dalam literatur tentang Studi Komunikasi Gender tentang feminisme liberal disebutkan bahwa hakikat perempuan adalah hidup seperti laki-laki dengan rasio dan otonomi tubuh.
Pendapat lain tentang Feminisme Liberal adalah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan wanita pada posisi sub-ordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme. Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada pria.
Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada abad 18 sering muncul tuntutan agar prempuan mendapat pendidikan yang sama, di abad 19 banyak upaya memperjuangkan kesempatan hak sipil dan ekonomi bagi perempuan, dan di abad 20 organisasi-organisasi perempuan mulai dibentuk untuk menentang diskriminasi seksual di bidang politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalam konteks Indonesia, reformasi hukum yang berprerspektif keadilan melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalam parlemen adalah kontribusi dari pengalaman feminis liberal.

► Sitkom “ Suami-suami Takut Istri”
Suami-suami Takut Istri adalah sitkom yang ditayangkan di Trans TV setiap Senin hingga Jumat pukul 18.00 WIB sejak 15 Oktober 2007. Serial ini digarap oleh rumah produksi Multivision Plus di bawah arahan sutradara Sofyan De Surza. Komedi Situasi Suami-suami Takut Istri mengangkat fenomena suami-suami yang tinggal di suatu area perumahan. Mereka semua memiliki kesamaan yaitu berada di bawah dominasi istri-istri mereka. Perasaan “senasib sepenanggungan” ini tumbuh makin kuat, sehingga mereka membentuk aliansi tidak resmi bagi suami-suami yang takut istri ini. Mereka saling mendukung dan mencela, saling menguatkan agar tidak lagi mau ditindas, walaupun seringkali sang pemberi nasihat justru masih takut istri juga. Para istri di komplek perumahan tersebut juga membentuk perkumpulan yang sama. Mereka saling memberi dukungan agar tidak kehilangan kendali atas suami-suami mereka.
Pemeran
* Otis Pamutih sebagai Sarmili (Pak RT)
* Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT)
* Marissa sebagai Sarmilila ( Anak Sarmili / Sarmila)
* Irfan Penyok sebagai Karyo ( Suami Sheila)
* Putty Noor sebagai Sheila
* Yanda Djaitov sebagai Tigor
* Asri Pramawati sebagai Welas
* Ozol sebagai Faisal
* Melvy Noviza sebagai Deswita
* Desi Novitasari sebagai Pretty
* Epy Kusnandar sebagai Dadang (Satpam Perumahan ke-1)
* Adi Irwandi sebagai Garry
* Ki Daus sebagai dirinya sendiri (Satpam Perumahan ke-2)

Sinetron komedi SSTI menjadi favorit akhir-akhir ini. Ceritanya konyol tapi cukup menghibur dan bisa melepaskan stress. Cerita yang bersetting suasana sebuah kompleks perumahan ini berkisah tentang suami-suami yang takut sama istri mereka, bahkan kadang cenderung sikap istrinya sangat tega, dan seringkali menindas suami serta uniknya pasangan-pasangan tersebut berasal dari berbagai etnik di Indonesia. Misalnya pasangan Pak RT dan istrinya yang berasal dari Betawi, pasangan Uda Faisal dan istrinya yang berasal dari Sumatera Barat, pasangan Karyo dan istrinya yang artis “nggak” laku berasal dari Jawa dan pasangan Bang Tigor yang berasal dari batak tapi istrinya “wong” solo bernama Welas yang kontras sekali dengan sangarnya Tigor. Semua suami-suami tersebut takut sekali sama istrinya, namun meskipun istrinya kejam-kejam dan galak-galak tapi groups suami-suami ini juga bandel-bandel dan nekat-nekat yang selalu mengoda si janda bahenol bernama Mbak Prety.
Latar belakangnya yaitu, untuk kasus Pak RT, Uda Faisal dan Karyo tak lepas dari faktor ekonomi, yaitu Pak RT tukang ojek yang menikahi bu RT yang cukup kaya, Uda Faisal penulis kere yang menikahi Deswita yang punya banyak usaha dagang, dan Karyo karyawan biasa yang menikahi Sheila artis dan anak orang kaya. Hanya untuk Tigor yang sedikit lain dan unik kasus, yaitu Tigor ini punya saudara yang mati karena terjangkit penyakit AIDS gara-gara sering main perempuan, akibatnya si Tigor ini jadi trauma takut terkena AIDS dan takut bersentuhan sama perempuan lainnya kecuali istrinya, nah berhubung Tigor ini punya libido yang lumayan tinggi hal ini dimanfaatkan oleh Welas istrinya yang lemah gemulai tapi sedikit lemot ini untuk menekan Tigor, jadi kalo Tigor macam-macam alamat tidur diruang tamu dan tidak dikasih jatah sama istrinya selama sebulan. Kemudian ada satu tokoh lagi yang kontras dengan tokoh-tokoh diatas tadi, yaitu Dadang. Seorang Satpam di kompleks tersebut. Meskipun satpam tapi hebatnya dia punya tiga orang istri yang hidup satu rumah sama dia dan patuh lagi sama dia.




► Analisa “Suami-suami Takut Istri” dengan menggunakan pendekatan Feminisme Liberal
Dalam sitkom SSTI ( suami-suami takut istri) jika di analisa menggunakan pendekatan feminis liberal akan banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang di gambarkan dalam SSTI ini. Saya akan menjabarkan dalam poin dibawah ini, analisa SSTI dengan menggunakan pendekatan Feminisme Liberal:
Feminis dalam sitkom ini digambarkan pada mbak prety seorang janda kembang yang selalu digoda oleh suami-suami yang bandel ( Pak RT, uda Faizal, Karyo dan Bang Tigor). Hal ini digambarkan bahwa wanita selalu ter opresi oleh kaum lelaki. Dalam feminisme Liberal perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki kemudian perempuan berusaha untuk melakukan apapun dan mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki. Dalam sitkom ini para Istri-istri yang juga jahat dan tega kepada suaminya juga melakukan ini, mereka tidak lagi disuruh-suruh oleh suaminya, dan mereka tidak pernah memperlakukan suaminya layaknya seorang suami, misalnya: melayani membuatkan kopi, menghibur mereka dikala pulang kerja, memijit, ataupun bersikap lembut kepada suaminya, hal ini sangat jarang sekali dilakukan kepada suami-suami mereka. Perempuan di Sitkom ini adalah perempuan yang tidak mau tertindas, dengan kata lain mereka tidak mau di bodoh-bodohi suami mereka yang sedikit ataupun malah seringkali ganjen kepada wanita-wanita di Griya Mintari kompleks mereka tinggal. Perempuan di SSTI ini seringkali malah menindas suaminya, mereka tidak mau kalah dengan sang suami. Mereka ingin menang sendiri, dan mereka yakin bisa melakukan semuanya tanpa bantuan suami-suami mereka. Mereka pula yang mengatur keuangan rumah tangga. Feminis Liberal disini mulai muncul pada sang Istri. Sang istri merasa status, peran dan fungsinya sama dengan sang suami.
Sang istri tidak mau diatur oleh sang suami, disini peran sang istri lebih galak, seperti yang disebutkan dalam feminism Liberal, pendapat Naomi Wolf yang menyebutkan bahwa Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki. Di sitkom ini para istri lebih banyak mengatur suaminya, seakan-akan merekalah yang mempunyai hak kuasa atas suami dan rumah tangga mereka. Sang istri juga selalu menuntut perasaan haknya dan para istri di SSTI bebas berkehendak tanpa bergantung pada lelakinya. Apapun akan dilakukan sang istri demi kepuasan mereka. Peran mbak pretty di Sitkom Suami-Suami takut istri disini juga menggambarkan bahwa wanita bisa tanpa laki-laki, mbak Pretty dalam tokohnya dia bias bekerja dan menghidupi dirinya tanpa suami. Mbak pretty adalah janda muda/ janda kembang yang menjadi bunga kompleks Griya Mintari. Tokoh



















DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2000.
WIKIPEDIA,Jakarta, 2009.

Kamis, 17 September 2009

Rabu, 29 Juli 2009

KUANTITATIF= Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebiasaan menghisap tembakau telah dikenal sejak lama di muka bumi ini. Kaum Indian di Amerika Utara sejak dulu dikenal menggunakan sebagai pipa perdamaianyang sering ditemukan pada buku-buku cerita Indian, hanya saja harus diingat bahwa mereka biasanya menghisap pipa hanya pada kesempatan khusus, tidak dilakukan setiap hari seperti biasanya orang merokok sekarang ini. Kebiasaan menghisap rokok kemudian terus berkembang lua, khususnya setelah berkembangnya industri modern rokok di awal abad ini. Sekitar setengah dari kaum pria dari negara berkembang juga punya kebiasaan yang sama. Jumlah perokok dikalangan wanita di negara maju sedikit lebih rendah daripada kaum prianya, sementara di negara berkembang diperkirakan 10% wanita merokok. Seiring perkembangan jaman diciptakanlah berbagai macam rokok dengan berbagai merk yang telah diproduksi oleh pabrik-pabrik di Negara Indonesia. Sebagian kaum lelaki mengkonsumsi rokok tersebut
SEBAGAI satu-satunya racun yang bebas diperjualbelikan, bahkan bebas dipromosikan, tentu tidak aneh jika sejak dulu perdagangan rokok jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan emas dan perak. Sejalan dengan gencarnya kampanye antirokok, mulai banyak para perokok yang menyadari bahaya kesehatan akibat kebiasaan merokok. Namun, kesadaran bahaya merokok tersebut tidak lantas membuat para perokok memutuskan untuk berhenti merokok. Faktor ketagihan nikotin pun turut memengaruhi terganggunya rasionalitas para perokok tersebut. Keadaan ini tergambarkan pada penelitian yang dilakukan oleh James Mahoney dan Amanda Burrell dari Universitas Canberra (UC) Australia terhadap 234 orang mahasiswa. Hasil penelitian menujukkan, setiap mahasiswa yang disurvei tahu merokok akan membahayakan kesehatan mereka, mengaku mengingat isi pesan kampanye antirokok yang selama ini ada, namun tidak cukup menyadarkan mereka untuk menghentikan kebiasaan merokok tersebut.
Mereka memandang taktik kampanye dengan menakut-nakuti tidaklah efektif. Kondisi ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh industri rokok. Mereka sangat memahami sifat ketagihan rokok dan "kegelisahan" para perokok terhadap isu kesehatan yang ada dibalik kebiasaan tersebut. Industri rokok membuat sebuah terobosan dengan menciptakan produk rokok ringan (mild, light, ultralight cigarette).
Pada tanggal 10 Maret 2003, Pemerintah mengeluarkan PP No.19/2003 ini. LSM protes keras karena batas maksimum tar dalam nikotin dihilangkan. Disisi lain, PP No.19/2003 mengatur ketentuan antara "tempat merokok" dan "tempat tidak merokok", yang diberlakukan di setiap tempat publik, fasilitas kesehatan, tempat kerja, sekolah, tempat main, bangunan agama dan transportasi publik. Hak merokok tetap dijaga dengan mewajibkan manajemen publik atau kerja untuk menyediakan tempat khusus untuk merokok dengan "exhaust" atau fasilitas lain yang dapat tidak mengganggu kesehatan yang tidak merokok.

Upaya untuk menyadarkan para pecandu rokok supaya meninggalkan kebiasaan buruknya memang tak mudah. Banyak hal telah dilakukan, mulai dari kampanye bahaya rokok bagi kesehatan hingga penerapan aturan tentang pencantuman peringatan tertulis bahayanya di kemasan.
Bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, sebetulnya telah diketahui sejakdahulu. Penelitian para ahli membuktikan, merokok merupakan faktor risiko utama penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal ini lebih ditegaskan dalam World Congress ISFC pada bulan September 1986, yang menyatakan : merokok mengakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah juga menyebabkan kanker paru dan pernapasan. Selain itu berpengaruh besar terhadap sistem saraf, dan orang-orang yang berada di sekitar perokok (passive smoker) memiliki dampak risiko besar pula terhadap penyakit jantung.
Penghasilan suatu negara dari pajak rokok memang besar, namun perbandingannya tak dapat disamakan dengan pengeluaran dana atas akibat yang ditimbulkan rokok, Itu sebabnya terutama di luar negeri, ada peraturan pencantuman peringatan bahaya merokok pada setiap bungkus rokok.
Tempat-tempat untuk merokok pun telah dibatasi atau dipisahkan tersendiri. Banyak perusahaan membuat peraturan bagi para pegawainya, karena ternyata waktu bolos atau absen para perokok lebih besar daripada yang tidak merokok. Di Amerika, banyak pusat-pusat pertokoan melarang pengunjung merokok. Di restoran, pemisahan tempat perokok dengan tidak perokok sudah lumrah. Demikian pula di pesawat terbang dan kendaran lainnya.
Dengan mengiklankan produk yang ringan, industri mengarahkan para konsumen kepada keyakinan yang keliru atas keselamatan perokok. Padahal pada kenyataannya, perokok memanjakan diri mereka pada pengaruh negatif yang sama sebagaimana bila mereka menghisap rokok biasa. Kondisi ini sebenarnya sudah diatur dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Ada aturan dalam FCTC yang menyebutkan bahwa bungkus rokok harus mencantumkan secara jelas bahaya merokok dan kandungan berbahaya lainnya. Pencantuman istilah ringan, mild, light, ultralight ciggarette tidak boleh digunakan lagi, karena istilah tersebut sangat menyesatkan, mengandung arti bahwa rokok jenis ini lebih sehat.
Di Inggris, upaya menyadarkan perokok dan mencegah bertambahnya perokok baru terus dilakukan. Belum lama ini, Pemerintah Inggris menerapkan suatu kebijakan yang cukup revolusioner, yakni mewajibkan para produsen rokok mencantumkan gambar-gambar mengerikan akibat dampak merokok di setiap kemasan.
Pemuatan gambar-gambar mengerikan di kemasan rokok itu telah dimulai sejak pekan ini. Departemen Kesehatan Inggris mengharapkan langkah ini akan membuat para perokok mengubah pendiriannya dan menyadarkan mereka betapa mengerikan akibat yang ditimbulkan rokok.
Sekurangya, 11 gambar telah didesain untuk dimuat di setiap kemasan rokok dan salah satu yang paling mengerikan adalah gambar seorang penderita kanker tenggorokan dengan tumor besar yang membelit lehernya.
Depkes Inggris menyatakan, kampanye akan bahaya rokok melalui tulisan saja setidaknya telah membuat sekitar 90.000 perokok di Inggris menelepon posko bantuan untuk mengatasi rokok. Dengan strategi baru ini, Kepala Bagian Medis Sir Liam Donaldson berharap akan semakin banyak lagi perokok yang sadar.
Meskipun banyak sekali dampak yang membahayakan bagi pecandu rokok akan tetapi para pecandu rokok tidaklah jera, padahal di bungkus rokok atau di iklan-iklan rokok sudah disebutkan bahwa “merokok dapat menyebabkan kanker, jantung, impoten gangguan kehamilan dan janin” akan tetapi tulisan tersebut tidak pernah dihiraukan oleh pecandu rokok pada saat ini. Menurut psikolog Seto Mulyadi, peringatan bahaya merokok dalam bentuk tulisan tidak ada artinya dibandingkan dengan gambar. Menurutnya, peringatan tulisan kurang efektif memberikan persepsi mengenai bahaya merokok. Di Indonesia, peringatan kesehatan berbentuk tulisan dan penempatannya di belakang bungkus rokok. Sedangkan di Singapura menggunakan gambar disertai tulisan, dan besarnya setengah dari bungkus rokok. ''Pemerintah perlu mengatur kembali bentuk peringatan kesehatan di semua kemasan produk tembakau, termasuk bungkus rokok.
Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang efektif tidaknya pencantuman bahaya merokok yang ada pada iklan rokok, baik dari iklan media cetak maupun iklan audiovisual, karena meskipun pada bungkus rokok sudah diberi peringatan kras untuk tidak mengkonsumsi rokok akan tetapi pecandu rokok tetap saj “bandel” untuk menghisap batang rokok, padahal menurut survei, satu batang rokok bisa menhilangkan nyawa 6,5 detik waktu kita d dunia ini. Disini peneliti mengambil judul “ Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan. Alasan peneliti memilih judul ini adalah peneliti ingin sekali mengetahui seberapa banyak para pecandu rokok menaati peringatan pemerintah yang ditulis dalam bungkus rokok atau yang dicantumnkan di setiap iklan rokok.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan?
2. Dampak yang di hasilkan dalam pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok?
3. Apakah para pecandu rokok bisa berhenti merokok setelah ada peringatan pemerintah dalam bungkus rokok?


1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mematuhi peringatan pemerintah yang tercantum dalam bungkus rokok dan penulis juga ingin mengetahui sejauh mana pengaruh yang dihasilkan dalm pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok tersebut. Selain itu penyusunan proposal ini juga bertujuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang berupa teori-teori yang selama ini didapatkan, sehingga dapat mengetahui sampai dimana teori-teori itu mampu dan bisa mngatasi permasalahan yang ada. Adapun pokok-pokok dari tujuan penelitian ini adalah:
1. untuk meneliti apakah pencantuman label bahaya merokok dapat berpengaruh pada masyarakat Desa Made RT 01 / RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan.
2. untuk mengetahui dan meneliti dampak yang dihasilkan dari pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok
3. untuk mengetahui apakah para pecandu rokok bisa berhenti merokok setelah ada peringatan pemerintah dalam bungkus rokok
1.4 Manfaat penelitian
1. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca apakah pencantuman label bahaya merokok dapat berpengaruh pada masyarakat Desa Made RT 01 / RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan.
2. Untuk memberikan informasi tentang bahaya merokok untuk kesehatan.









BAB II
KERANGKA TEORI

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yakni teori Use and gratifications and dependency dan teori peniruan, kerangka pemikiran ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki tendensi-tendensi pemikiran yang kuat untuk menganalisis penelitian ini untuk lebih jelasnya, akan kami bahas mengenai kerangka pemikiran tersebut, sebagai berikut:
Prinsip stimulus respon pada dasrnya merupakan prinsip belajar yangs edrhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian seorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah
a. pesan/ stimulus
b. receiver/ penerima
c. efek/ respon
Prinsip stimulus seprti ini merupakan dasar teori jarum suntik hipodermik. Teori klasik proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh audiens, yang kemudian diasumskan akan bereaksi seperti yang diharapkan.
Dibalik konsepsi ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang mendasarinya:
1. Gambaran mengenai masyarakat modern yang merupakan agregasi dari individu-individu yang relative terisolasi yang bertindak berdasrkan kepentingan pribadi, yang tidak berpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial.
2. Suatu pandangan dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk memobilisasi perilaki sesuai dengan tujuan dari berbagai kekuatanb yang ada dalam masyarakat.
Dari pemikiran tersebut, dikenal apa disebut “masyarakat massa” dimana prinsip stimulus-respon mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan da di distribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat bersedia bagi sebagian besar individu, dan bukanya ditujukan pada orang per orang.penggunaan teknologi untuk reproduksi dan distribusi dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respon oleh audiens. Dalam hal ini tidak diperhitungkan kemungkinan adanya intervensi adri struktur sosial atau kelompok dan seolah-olah terdapat kontak langsung antara media dan individu.

Uses, Gratifications and Depedency
Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail, 2002 : 388).
Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld yang meneliti alasan masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387). Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).
Dewasa ini iklan rokok sangat berkembang pesat, apalagi dari sekian banyak iklan di media cetak maupun elektronik iklan rokok adalah termasuk dalam iklan yang paling bergengsi. Sangat kreatif dan imajinatif, sehingga dapat menyaingi iklan-iklan lainnya.

Teori Peniruan (modeling theories)
Hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Tetapi, berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Disini, individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya
Misalnya pada penelitian ini orang-orang atau konsumen rokok ketika melihat iklan rokok di televisi mereka akan merasa tertarik, karena kebanyakan iklan rokok biasanya menarik perhatian konsumennya akan tetapi biasanya tidak langsung terfokus pada rokoknya akan tetapi pada hal-hal yang konyol atau dengan perbendaharaan bahasa yang baru. Ketika orang melihat tayangan tersebut orang akan menirukan atau mengembangkan perbendaharaan bahasa tersebut secara meluas dengan kata lain iklan tersebut terpatri di pikiran pendengar atau masyarakat.
Pada tahun 1970, melvin Defleur melakukan nodifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenla sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa. Disini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience.
Adapun iklan pencantuman bahya roko dikaitkan dengan Teori SOR yang mana sasaran dari penelitian ini adalah pecandu rokok. Maka dapat dikatakan bahwa iklan pencantuman bahya merokok merupakan stimulus yang nantinya akan diterima oleh audience yang mana dalam hal ini adalah orang dewasa yang mnegkonsumsi rokok dan kemudian baru memunculkan respon. Responnya dalah pecandu rokok menaati pencantuman bahaya merokok atau tidak menaati iklan pencantuman bahaya merokok pada iklan.












Hipotesis
Hipotesis 1 (+)
Dugaan sementara yang bersifat mendukung dalam penelitian ini adalah adanya Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan

Hipotesis 0 (-)
Dugaan sementara yang bersifat mendukung dalam penelitian ini adalah tidak adanya Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan
















BAB III
METODOLOGI

3.1 Desain penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptis yaitu suatu jenis penelitian yang hanya akan meluruskan keadaan obyek persoalan dan tidak dimaksudkan untuk mengambil kesimpulan yang berlaku umum
Menurut pendapat Sanapiah Faisal :
“Penelitian Deskriptif adalah ekslorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan social dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable dengan masalah dan unit yang diteliti.”
(Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, 1989:20)
Penelitian ini menitik beratkan kepada dua variable: “Variabel pengaruh pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok terhadap masyarakat di desa made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan”
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Made RT 01/ RW 01, Kecamatan Lamongan, Kabupaten dan dilakukan mulai tanggal 30 april 2009 sampai 07 juli 2009.
3.3 Kerangka Konseptual
Adalah konsep dan variabel dari Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada Iklan Rokok Terhadap Image Brand Perusahaan.


3.1.1 Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada Iklan Rokok (X)
3.1.1.1 Pencantuman
Merupakan pelabelan atau penulisan pada suatu media yang akan diketahui oleh beberapa khalayak.
3.1.1.2 Bahaya
Merupakan kosa kata yang negatif, atau dampak yang terjadi yang ada pada sesuatu benda atau barang.
3.1.1.3 Merokok
Merupakan kegiatan menggunakan, menghirup atau menghisap dan sekaligus menikamti sesuatu benda atau barang silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
3.1.1.4 Iklan
Merupakan sarana bagi upaya menawarkan barang atau jasa kepada khalayak ramai. Dalam pengertian lain iklan adalah penyampaian untuk mempersuasi khalayak sasarn teryentu untuk menerima produk, jasa atau gagasan dengan mengeluarkan biaya untuk ruang dan waktu dalam bentuk yang tertentu(cf. Jamieson dan Campbell 1983:136-138)
3.1.1.5 Rokok
Merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mmm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

3.1.2 Terhadap Masyarakat (Y)

3.1.2.1 Masyarakat
Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950, p. 5).
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Ada beberapa pengertian masyarakat :
a. Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan
b. Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
c. Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :
a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik
b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia. Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan (teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan sistem bahasa.
Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yan terjadi secara global, tetapi ada pula masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.
Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan
lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :
a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun dan permanen
b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif lebih besar.


3.2 Kerangka Operasional
Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian disini kita akan membatasi konsep operasional yang di gunakan dan berikut adalah kategori atau indikatornya:
3.2.1 Pencantuman Bahaya Merokok Pada Iklan Rokok =
1. Pengertian merokok
2. Frekuensi mengkonsumsi rokok per hari
3. Perilaku orang yang terpengaruh dengan pencantuman bahaya merokok pada iklan media cetak ataupun elektronik
4. Perilaku seseorang ketika terpengaruh terhadap label bahaya merokok

3.2.2 Image Brand Perusahaan=
1. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Peran humas perusahaan
3. Pengawasan humas terhadap wacana masyarakat tentang produk
4. Cara menjaga image perusahaan dimata masyarakat.


3.3. Teknik Sampling
Penelitan ini menggunakan teknik sampling :
Sample sistematis ( Systematic Sampling )
Sampel sistematis adalah pengambilan sampel dimana hanya unsure pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsure – unsure selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu.
Adapun cara yang digunakan dalam sampel sistematis adalah :
Jumlah populasi ( N ) 150 orang yang diberi nomor 1 – 150 dan akan dipilih 50 satuan elementer sebagai sampel ( n ). Hasil bagi tersebut disebut interval sampel dan diberi kode k.
k = N : n
k = 150 : 50 = 3
Unsure pertama dari sampel harus dipilih secara acak diantara satuan – satuan elementer nomor 1 – 3. Dan yang terpilih sebagai unsure pertama adalah satuan elemekter nomor 2, maka unsure – unsure lainnya dari sampel adalah satuan – satuan nomor 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38, 41, 44, 47, 50, 53, 56, 59, 62, 65, 68, 71, 74, 77, 80, 83, 86, 89, 92, 95, 98, 101, 104, 107, 110, 113, 116, 19, 122, 125, 128, 131, 134, 137, 140, 143, 146, 149, 3.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian yang menggunakan metode survai, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi, karena disamping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagaian populasi, peneliti mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara – cara pengambilan sampel harus memenuhi syarat – syarat tertentu.
Dalam menentukan metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam suatu penelitian, si peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga dan waktu di satu pihak, serta besarnya presisi di pihak lain. Sebelum membicarakan pembahasan tentang metode pengambilan sampel, terlebih dahulu peneliti bicarakan tentang konsep.

POPULASI
Populasi adalah jumah keseluruhan dari unit analisa yang cirri – cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan dengan populasi smpling dan populasi sasaran. Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan populasi di Kelurahan Gundih, Surabaya. Dan yang menjadi responden dalam penelitian adalah para pemirsa program music Dahsyat khususnya yang berumur 15 – 30 tahun.
SAMPEL
Dengan meneliti sebagaian dari populasi, peneliti mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara – cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat – syarat tertentu.
Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0.
3.5 Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner. Selain itu dalam menyebarkan kuesioner yang diajukan terdapat pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden maka dapat dijelaskan oleh peneliti agar tidak salah dalam mengisi kuesioner.
3.6 Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui bahan – bahan pustaka yang terkait dengan masalah – masalah yang akan diteliti. Bahan – bahan pustaka didapat dari buku – buku literature atau informasi tertulis lainnya.
3.7 Teknik pengolahan data dan analisa data
Setelah mengkode data, kegiatan yang dilakukan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam pengolahan data adalah:
1. Memasukkan data ke dalam kartu
- Data yang telah dikode perlu dipindahkan ke dalam kartu. Cara merekam data dapat dilakukan dengan menggunakan: kartu tabulasi, komputer
2. Membuat tabel frekuensi atau tabel silang
3. Mengedit yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang.
LANGKAH- LANGKAH ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data , perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data
Secara garis besar , pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu:
1. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain:
 Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi
 Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data
 Mengecek macam isian data
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal.
2. Tabulasi
G.E.R. Burroughas mengemikakan klasifikasi analisis data sebagai berikut.
1) Tabulasi Data
2) Penyimpulan data
3) Analisis data untuk tujuan testing hipotesis
4) Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan
Termasuk dalam kegiatan tabulasi ini antara lain:
1. Memberikan Skor terhadap item- item yang perlu dibuat skor
2. Memberikan kode tehadap item- item yang tidak diberi skor
3. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik analisis yang akan digunakan
4. Memberikan Kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan computer


3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Maksud dari bagian bab ini adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus- rumus atau aturan- aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desai yang diambil.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisa data deskriptif Karena sesuai dengan desain penelitian yakni Deskriptif Kuantitatif dapun yang dimaksud dengan Analisa Data Deskriptif yakni Teknik statistik yang pada umumnya digunakan untuk menganalisis data pada penelitian- penelitian deskriptif ialah dengan menggunakan tabel, grafik ukuran central tendency dan ukuran perbedaan.

Analisis Data
Hasil data yang diperoleh adalah data yang bersifat kuantitatif, yaitu berupa angka-angka sehingga analisisnya menggunakan tehnik statistik. Untuk menghitung analisis regresi digunakan komputasi SPSS-2000 Program Analisis Regresi Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta versi IBM/IN. Analisis Regresi digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara dua variabel yang diteliti yaitu pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Adapun sistematika perhitungan dengan menggunakan analisa regresi adalah sebagai berikut :
Mencari korelasi antar kriterium dengan prediktor.
Menguji korelasi apakah signifikan atau tidak.
Mencari persamaan regresi.


























Kuesioner
Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok pada Iklan Rokok Terhadap Masyarakat di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan

NAMA:
ALAMAT:
UMUR:
JENIS KELAMIN:
PEKERJAAN:
1. pilihlah jawaban yang tepat
2. jika tidak jelas tanyakan pada researcher
3. jangan memilih jawaban lebih dari satu


1. Apakah anda seorang perokok?
a. ya
b. tidak
c. kadang-kadang
2. Sejak kapan anda merokok?
a. Sejak kecil
b. Menginjak remaja
c. Baru saja
3. Apakah anda merasa ketagihan dengan rokok?
a. ya
b. biasa saja
c. tidak
4. Apakah anda tahu dampak negatif dari rokok?
a. ya
b. sedikit
c. tidak sama sekali
5. Apakah anda pernah membaca label bahaya merokok pada bungkus rokok?
a. Pernah, dan saya langsung menjauhi tidak mengkonsumsi rokok
b. Saya malah tidak tahu kalu ada label bahaya merokok
c. Pernah, tapi saya hiraukan
6. Apakah anda tidak merasa rugi bila uang anda habis untuk membeli rokok?
a. tidak
b. ya
c. kadang-kadang merasa rugi
7. Apakah di mata anda image perusahaan rokok itu baik-baik?
a. sangat baik
b. baik
c. tidak
8. Apakah anda suka dengan acara music konser yang diadakan oleh salah satu perusahaan rokok?
a. sangat suka
b. tidak
c. biasa saja
9. Apakah anda sering datang dan mengikuti acara-acara yang di sponsori oleh perusahaan rokok?
a. selalu datang
b. kadang-kadang
c. tidak pernah sama sekali
10. Apakah anda suka dengan fatwa MUI dengan mengharamkan merokok di tempat umum?
a. tidak suka
b. suka
c. biasa saja

Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebiasaan menghisap tembakau telah dikenal sejak lama di muka bumi ini. Kaum Indian di Amerika Utara sejak dulu dikenal menggunakan sebagai pipa perdamaianyang sering ditemukan pada buku-buku cerita Indian, hanya saja harus diingat bahwa mereka biasanya menghisap pipa hanya pada kesempatan khusus, tidak dilakukan setiap hari seperti biasanya orang merokok sekarang ini. Kebiasaan menghisap rokok kemudian terus berkembang lua, khususnya setelah berkembangnya industri modern rokok di awal abad ini. Sekitar setengah dari kaum pria dari negara berkembang juga punya kebiasaan yang sama. Jumlah perokok dikalangan wanita di negara maju sedikit lebih rendah daripada kaum prianya, sementara di negara berkembang diperkirakan 10% wanita merokok. Seiring perkembangan jaman diciptakanlah berbagai macam rokok dengan berbagai merk yang telah diproduksi oleh pabrik-pabrik di Negara Indonesia. Sebagian kaum lelaki mengkonsumsi rokok tersebut
SEBAGAI satu-satunya racun yang bebas diperjualbelikan, bahkan bebas dipromosikan, tentu tidak aneh jika sejak dulu perdagangan rokok jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan emas dan perak. Sejalan dengan gencarnya kampanye antirokok, mulai banyak para perokok yang menyadari bahaya kesehatan akibat kebiasaan merokok. Namun, kesadaran bahaya merokok tersebut tidak lantas membuat para perokok memutuskan untuk berhenti merokok. Faktor ketagihan nikotin pun turut memengaruhi terganggunya rasionalitas para perokok tersebut. Keadaan ini tergambarkan pada penelitian yang dilakukan oleh James Mahoney dan Amanda Burrell dari Universitas Canberra (UC) Australia terhadap 234 orang mahasiswa. Hasil penelitian menujukkan, setiap mahasiswa yang disurvei tahu merokok akan membahayakan kesehatan mereka, mengaku mengingat isi pesan kampanye antirokok yang selama ini ada, namun tidak cukup menyadarkan mereka untuk menghentikan kebiasaan merokok tersebut.
Mereka memandang taktik kampanye dengan menakut-nakuti tidaklah efektif. Kondisi ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh industri rokok. Mereka sangat memahami sifat ketagihan rokok dan "kegelisahan" para perokok terhadap isu kesehatan yang ada dibalik kebiasaan tersebut. Industri rokok membuat sebuah terobosan dengan menciptakan produk rokok ringan (mild, light, ultralight cigarette).
Pada tanggal 10 Maret 2003, Pemerintah mengeluarkan PP No.19/2003 ini. LSM protes keras karena batas maksimum tar dalam nikotin dihilangkan. Disisi lain, PP No.19/2003 mengatur ketentuan antara "tempat merokok" dan "tempat tidak merokok", yang diberlakukan di setiap tempat publik, fasilitas kesehatan, tempat kerja, sekolah, tempat main, bangunan agama dan transportasi publik. Hak merokok tetap dijaga dengan mewajibkan manajemen publik atau kerja untuk menyediakan tempat khusus untuk merokok dengan "exhaust" atau fasilitas lain yang dapat tidak mengganggu kesehatan yang tidak merokok.

Upaya untuk menyadarkan para pecandu rokok supaya meninggalkan kebiasaan buruknya memang tak mudah. Banyak hal telah dilakukan, mulai dari kampanye bahaya rokok bagi kesehatan hingga penerapan aturan tentang pencantuman peringatan tertulis bahayanya di kemasan.
Bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, sebetulnya telah diketahui sejakdahulu. Penelitian para ahli membuktikan, merokok merupakan faktor risiko utama penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal ini lebih ditegaskan dalam World Congress ISFC pada bulan September 1986, yang menyatakan : merokok mengakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah juga menyebabkan kanker paru dan pernapasan. Selain itu berpengaruh besar terhadap sistem saraf, dan orang-orang yang berada di sekitar perokok (passive smoker) memiliki dampak risiko besar pula terhadap penyakit jantung.
Penghasilan suatu negara dari pajak rokok memang besar, namun perbandingannya tak dapat disamakan dengan pengeluaran dana atas akibat yang ditimbulkan rokok, Itu sebabnya terutama di luar negeri, ada peraturan pencantuman peringatan bahaya merokok pada setiap bungkus rokok.
Tempat-tempat untuk merokok pun telah dibatasi atau dipisahkan tersendiri. Banyak perusahaan membuat peraturan bagi para pegawainya, karena ternyata waktu bolos atau absen para perokok lebih besar daripada yang tidak merokok. Di Amerika, banyak pusat-pusat pertokoan melarang pengunjung merokok. Di restoran, pemisahan tempat perokok dengan tidak perokok sudah lumrah. Demikian pula di pesawat terbang dan kendaran lainnya.
Dengan mengiklankan produk yang ringan, industri mengarahkan para konsumen kepada keyakinan yang keliru atas keselamatan perokok. Padahal pada kenyataannya, perokok memanjakan diri mereka pada pengaruh negatif yang sama sebagaimana bila mereka menghisap rokok biasa. Kondisi ini sebenarnya sudah diatur dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Ada aturan dalam FCTC yang menyebutkan bahwa bungkus rokok harus mencantumkan secara jelas bahaya merokok dan kandungan berbahaya lainnya. Pencantuman istilah ringan, mild, light, ultralight ciggarette tidak boleh digunakan lagi, karena istilah tersebut sangat menyesatkan, mengandung arti bahwa rokok jenis ini lebih sehat.
Di Inggris, upaya menyadarkan perokok dan mencegah bertambahnya perokok baru terus dilakukan. Belum lama ini, Pemerintah Inggris menerapkan suatu kebijakan yang cukup revolusioner, yakni mewajibkan para produsen rokok mencantumkan gambar-gambar mengerikan akibat dampak merokok di setiap kemasan.
Pemuatan gambar-gambar mengerikan di kemasan rokok itu telah dimulai sejak pekan ini. Departemen Kesehatan Inggris mengharapkan langkah ini akan membuat para perokok mengubah pendiriannya dan menyadarkan mereka betapa mengerikan akibat yang ditimbulkan rokok.
Sekurangya, 11 gambar telah didesain untuk dimuat di setiap kemasan rokok dan salah satu yang paling mengerikan adalah gambar seorang penderita kanker tenggorokan dengan tumor besar yang membelit lehernya.
Depkes Inggris menyatakan, kampanye akan bahaya rokok melalui tulisan saja setidaknya telah membuat sekitar 90.000 perokok di Inggris menelepon posko bantuan untuk mengatasi rokok. Dengan strategi baru ini, Kepala Bagian Medis Sir Liam Donaldson berharap akan semakin banyak lagi perokok yang sadar.
Meskipun banyak sekali dampak yang membahayakan bagi pecandu rokok akan tetapi para pecandu rokok tidaklah jera, padahal di bungkus rokok atau di iklan-iklan rokok sudah disebutkan bahwa “merokok dapat menyebabkan kanker, jantung, impoten gangguan kehamilan dan janin” akan tetapi tulisan tersebut tidak pernah dihiraukan oleh pecandu rokok pada saat ini. Menurut psikolog Seto Mulyadi, peringatan bahaya merokok dalam bentuk tulisan tidak ada artinya dibandingkan dengan gambar. Menurutnya, peringatan tulisan kurang efektif memberikan persepsi mengenai bahaya merokok. Di Indonesia, peringatan kesehatan berbentuk tulisan dan penempatannya di belakang bungkus rokok. Sedangkan di Singapura menggunakan gambar disertai tulisan, dan besarnya setengah dari bungkus rokok. ''Pemerintah perlu mengatur kembali bentuk peringatan kesehatan di semua kemasan produk tembakau, termasuk bungkus rokok.
Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang efektif tidaknya pencantuman bahaya merokok yang ada pada iklan rokok, baik dari iklan media cetak maupun iklan audiovisual, karena meskipun pada bungkus rokok sudah diberi peringatan kras untuk tidak mengkonsumsi rokok akan tetapi pecandu rokok tetap saj “bandel” untuk menghisap batang rokok, padahal menurut survei, satu batang rokok bisa menhilangkan nyawa 6,5 detik waktu kita d dunia ini. Disini peneliti mengambil judul “ Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan. Alasan peneliti memilih judul ini adalah peneliti ingin sekali mengetahui seberapa banyak para pecandu rokok menaati peringatan pemerintah yang ditulis dalam bungkus rokok atau yang dicantumnkan di setiap iklan rokok.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan?
2. Dampak yang di hasilkan dalam pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok?
3. Apakah para pecandu rokok bisa berhenti merokok setelah ada peringatan pemerintah dalam bungkus rokok?


1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mematuhi peringatan pemerintah yang tercantum dalam bungkus rokok dan penulis juga ingin mengetahui sejauh mana pengaruh yang dihasilkan dalm pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok tersebut. Selain itu penyusunan proposal ini juga bertujuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang berupa teori-teori yang selama ini didapatkan, sehingga dapat mengetahui sampai dimana teori-teori itu mampu dan bisa mngatasi permasalahan yang ada. Adapun pokok-pokok dari tujuan penelitian ini adalah:
1. untuk meneliti apakah pencantuman label bahaya merokok dapat berpengaruh pada masyarakat Desa Made RT 01 / RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan.
2. untuk mengetahui dan meneliti dampak yang dihasilkan dari pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok
3. untuk mengetahui apakah para pecandu rokok bisa berhenti merokok setelah ada peringatan pemerintah dalam bungkus rokok
1.4 Manfaat penelitian
1. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca apakah pencantuman label bahaya merokok dapat berpengaruh pada masyarakat Desa Made RT 01 / RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan.
2. Untuk memberikan informasi tentang bahaya merokok untuk kesehatan.









BAB II
KERANGKA TEORI

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yakni teori Use and gratifications and dependency dan teori peniruan, kerangka pemikiran ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki tendensi-tendensi pemikiran yang kuat untuk menganalisis penelitian ini untuk lebih jelasnya, akan kami bahas mengenai kerangka pemikiran tersebut, sebagai berikut:
Prinsip stimulus respon pada dasrnya merupakan prinsip belajar yangs edrhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian seorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah
a. pesan/ stimulus
b. receiver/ penerima
c. efek/ respon
Prinsip stimulus seprti ini merupakan dasar teori jarum suntik hipodermik. Teori klasik proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh audiens, yang kemudian diasumskan akan bereaksi seperti yang diharapkan.
Dibalik konsepsi ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang mendasarinya:
1. Gambaran mengenai masyarakat modern yang merupakan agregasi dari individu-individu yang relative terisolasi yang bertindak berdasrkan kepentingan pribadi, yang tidak berpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial.
2. Suatu pandangan dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk memobilisasi perilaki sesuai dengan tujuan dari berbagai kekuatanb yang ada dalam masyarakat.
Dari pemikiran tersebut, dikenal apa disebut “masyarakat massa” dimana prinsip stimulus-respon mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan da di distribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat bersedia bagi sebagian besar individu, dan bukanya ditujukan pada orang per orang.penggunaan teknologi untuk reproduksi dan distribusi dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respon oleh audiens. Dalam hal ini tidak diperhitungkan kemungkinan adanya intervensi adri struktur sosial atau kelompok dan seolah-olah terdapat kontak langsung antara media dan individu.

Uses, Gratifications and Depedency
Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail, 2002 : 388).
Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld yang meneliti alasan masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387). Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).
Dewasa ini iklan rokok sangat berkembang pesat, apalagi dari sekian banyak iklan di media cetak maupun elektronik iklan rokok adalah termasuk dalam iklan yang paling bergengsi. Sangat kreatif dan imajinatif, sehingga dapat menyaingi iklan-iklan lainnya.

Teori Peniruan (modeling theories)
Hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Tetapi, berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Disini, individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya
Misalnya pada penelitian ini orang-orang atau konsumen rokok ketika melihat iklan rokok di televisi mereka akan merasa tertarik, karena kebanyakan iklan rokok biasanya menarik perhatian konsumennya akan tetapi biasanya tidak langsung terfokus pada rokoknya akan tetapi pada hal-hal yang konyol atau dengan perbendaharaan bahasa yang baru. Ketika orang melihat tayangan tersebut orang akan menirukan atau mengembangkan perbendaharaan bahasa tersebut secara meluas dengan kata lain iklan tersebut terpatri di pikiran pendengar atau masyarakat.
Pada tahun 1970, melvin Defleur melakukan nodifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenla sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa. Disini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience.
Adapun iklan pencantuman bahya roko dikaitkan dengan Teori SOR yang mana sasaran dari penelitian ini adalah pecandu rokok. Maka dapat dikatakan bahwa iklan pencantuman bahya merokok merupakan stimulus yang nantinya akan diterima oleh audience yang mana dalam hal ini adalah orang dewasa yang mnegkonsumsi rokok dan kemudian baru memunculkan respon. Responnya dalah pecandu rokok menaati pencantuman bahaya merokok atau tidak menaati iklan pencantuman bahaya merokok pada iklan.












Hipotesis
Hipotesis 1 (+)
Dugaan sementara yang bersifat mendukung dalam penelitian ini adalah adanya Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan

Hipotesis 0 (-)
Dugaan sementara yang bersifat mendukung dalam penelitian ini adalah tidak adanya Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada iklan Rokok Terhadap Masyarakat Di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan
















BAB III
METODOLOGI

3.1 Desain penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptis yaitu suatu jenis penelitian yang hanya akan meluruskan keadaan obyek persoalan dan tidak dimaksudkan untuk mengambil kesimpulan yang berlaku umum
Menurut pendapat Sanapiah Faisal :
“Penelitian Deskriptif adalah ekslorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan social dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable dengan masalah dan unit yang diteliti.”
(Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, 1989:20)
Penelitian ini menitik beratkan kepada dua variable: “Variabel pengaruh pencantuman bahaya merokok pada iklan rokok terhadap masyarakat di desa made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan”
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Made RT 01/ RW 01, Kecamatan Lamongan, Kabupaten dan dilakukan mulai tanggal 30 april 2009 sampai 07 juli 2009.
3.3 Kerangka Konseptual
Adalah konsep dan variabel dari Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada Iklan Rokok Terhadap Image Brand Perusahaan.


3.1.1 Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok Pada Iklan Rokok (X)
3.1.1.1 Pencantuman
Merupakan pelabelan atau penulisan pada suatu media yang akan diketahui oleh beberapa khalayak.
3.1.1.2 Bahaya
Merupakan kosa kata yang negatif, atau dampak yang terjadi yang ada pada sesuatu benda atau barang.
3.1.1.3 Merokok
Merupakan kegiatan menggunakan, menghirup atau menghisap dan sekaligus menikamti sesuatu benda atau barang silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
3.1.1.4 Iklan
Merupakan sarana bagi upaya menawarkan barang atau jasa kepada khalayak ramai. Dalam pengertian lain iklan adalah penyampaian untuk mempersuasi khalayak sasarn teryentu untuk menerima produk, jasa atau gagasan dengan mengeluarkan biaya untuk ruang dan waktu dalam bentuk yang tertentu(cf. Jamieson dan Campbell 1983:136-138)
3.1.1.5 Rokok
Merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mmm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

3.1.2 Terhadap Masyarakat (Y)

3.1.2.1 Masyarakat
Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950, p. 5).
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Ada beberapa pengertian masyarakat :
a. Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan
b. Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
c. Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :
a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik
b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia. Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan (teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan sistem bahasa.
Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yan terjadi secara global, tetapi ada pula masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.
Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan
lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :
a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun dan permanen
b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif lebih besar.


3.2 Kerangka Operasional
Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian disini kita akan membatasi konsep operasional yang di gunakan dan berikut adalah kategori atau indikatornya:
3.2.1 Pencantuman Bahaya Merokok Pada Iklan Rokok =
1. Pengertian merokok
2. Frekuensi mengkonsumsi rokok per hari
3. Perilaku orang yang terpengaruh dengan pencantuman bahaya merokok pada iklan media cetak ataupun elektronik
4. Perilaku seseorang ketika terpengaruh terhadap label bahaya merokok

3.2.2 Image Brand Perusahaan=
1. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Peran humas perusahaan
3. Pengawasan humas terhadap wacana masyarakat tentang produk
4. Cara menjaga image perusahaan dimata masyarakat.


3.3. Teknik Sampling
Penelitan ini menggunakan teknik sampling :
Sample sistematis ( Systematic Sampling )
Sampel sistematis adalah pengambilan sampel dimana hanya unsure pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsure – unsure selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu.
Adapun cara yang digunakan dalam sampel sistematis adalah :
Jumlah populasi ( N ) 150 orang yang diberi nomor 1 – 150 dan akan dipilih 50 satuan elementer sebagai sampel ( n ). Hasil bagi tersebut disebut interval sampel dan diberi kode k.
k = N : n
k = 150 : 50 = 3
Unsure pertama dari sampel harus dipilih secara acak diantara satuan – satuan elementer nomor 1 – 3. Dan yang terpilih sebagai unsure pertama adalah satuan elemekter nomor 2, maka unsure – unsure lainnya dari sampel adalah satuan – satuan nomor 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38, 41, 44, 47, 50, 53, 56, 59, 62, 65, 68, 71, 74, 77, 80, 83, 86, 89, 92, 95, 98, 101, 104, 107, 110, 113, 116, 19, 122, 125, 128, 131, 134, 137, 140, 143, 146, 149, 3.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian yang menggunakan metode survai, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi, karena disamping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagaian populasi, peneliti mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara – cara pengambilan sampel harus memenuhi syarat – syarat tertentu.
Dalam menentukan metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam suatu penelitian, si peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga dan waktu di satu pihak, serta besarnya presisi di pihak lain. Sebelum membicarakan pembahasan tentang metode pengambilan sampel, terlebih dahulu peneliti bicarakan tentang konsep.

POPULASI
Populasi adalah jumah keseluruhan dari unit analisa yang cirri – cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan dengan populasi smpling dan populasi sasaran. Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan populasi di Kelurahan Gundih, Surabaya. Dan yang menjadi responden dalam penelitian adalah para pemirsa program music Dahsyat khususnya yang berumur 15 – 30 tahun.
SAMPEL
Dengan meneliti sebagaian dari populasi, peneliti mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara – cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat – syarat tertentu.
Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0.
3.5 Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan secara terstruktur kepada responden yang berisi daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner. Selain itu dalam menyebarkan kuesioner yang diajukan terdapat pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden maka dapat dijelaskan oleh peneliti agar tidak salah dalam mengisi kuesioner.
3.6 Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui bahan – bahan pustaka yang terkait dengan masalah – masalah yang akan diteliti. Bahan – bahan pustaka didapat dari buku – buku literature atau informasi tertulis lainnya.
3.7 Teknik pengolahan data dan analisa data
Setelah mengkode data, kegiatan yang dilakukan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam pengolahan data adalah:
1. Memasukkan data ke dalam kartu
- Data yang telah dikode perlu dipindahkan ke dalam kartu. Cara merekam data dapat dilakukan dengan menggunakan: kartu tabulasi, komputer
2. Membuat tabel frekuensi atau tabel silang
3. Mengedit yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang.
LANGKAH- LANGKAH ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data , perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data
Secara garis besar , pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu:
1. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain:
 Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi
 Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data
 Mengecek macam isian data
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal.
2. Tabulasi
G.E.R. Burroughas mengemikakan klasifikasi analisis data sebagai berikut.
1) Tabulasi Data
2) Penyimpulan data
3) Analisis data untuk tujuan testing hipotesis
4) Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan
Termasuk dalam kegiatan tabulasi ini antara lain:
1. Memberikan Skor terhadap item- item yang perlu dibuat skor
2. Memberikan kode tehadap item- item yang tidak diberi skor
3. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik analisis yang akan digunakan
4. Memberikan Kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan computer


3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Maksud dari bagian bab ini adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus- rumus atau aturan- aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desai yang diambil.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisa data deskriptif Karena sesuai dengan desain penelitian yakni Deskriptif Kuantitatif dapun yang dimaksud dengan Analisa Data Deskriptif yakni Teknik statistik yang pada umumnya digunakan untuk menganalisis data pada penelitian- penelitian deskriptif ialah dengan menggunakan tabel, grafik ukuran central tendency dan ukuran perbedaan.

Analisis Data
Hasil data yang diperoleh adalah data yang bersifat kuantitatif, yaitu berupa angka-angka sehingga analisisnya menggunakan tehnik statistik. Untuk menghitung analisis regresi digunakan komputasi SPSS-2000 Program Analisis Regresi Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta versi IBM/IN. Analisis Regresi digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara dua variabel yang diteliti yaitu pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Adapun sistematika perhitungan dengan menggunakan analisa regresi adalah sebagai berikut :
Mencari korelasi antar kriterium dengan prediktor.
Menguji korelasi apakah signifikan atau tidak.
Mencari persamaan regresi.


























Kuesioner
Pengaruh Pencantuman Bahaya Merokok pada Iklan Rokok Terhadap Masyarakat di Desa Made RT 01/ RW 01, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan

NAMA:
ALAMAT:
UMUR:
JENIS KELAMIN:
PEKERJAAN:
1. pilihlah jawaban yang tepat
2. jika tidak jelas tanyakan pada researcher
3. jangan memilih jawaban lebih dari satu


1. Apakah anda seorang perokok?
a. ya
b. tidak
c. kadang-kadang
2. Sejak kapan anda merokok?
a. Sejak kecil
b. Menginjak remaja
c. Baru saja
3. Apakah anda merasa ketagihan dengan rokok?
a. ya
b. biasa saja
c. tidak
4. Apakah anda tahu dampak negatif dari rokok?
a. ya
b. sedikit
c. tidak sama sekali
5. Apakah anda pernah membaca label bahaya merokok pada bungkus rokok?
a. Pernah, dan saya langsung menjauhi tidak mengkonsumsi rokok
b. Saya malah tidak tahu kalu ada label bahaya merokok
c. Pernah, tapi saya hiraukan
6. Apakah anda tidak merasa rugi bila uang anda habis untuk membeli rokok?
a. tidak
b. ya
c. kadang-kadang merasa rugi
7. Apakah di mata anda image perusahaan rokok itu baik-baik?
a. sangat baik
b. baik
c. tidak
8. Apakah anda suka dengan acara music konser yang diadakan oleh salah satu perusahaan rokok?
a. sangat suka
b. tidak
c. biasa saja
9. Apakah anda sering datang dan mengikuti acara-acara yang di sponsori oleh perusahaan rokok?
a. selalu datang
b. kadang-kadang
c. tidak pernah sama sekali
10. Apakah anda suka dengan fatwa MUI dengan mengharamkan merokok di tempat umum?
a. tidak suka
b. suka
c. biasa saja